Liputan6.com, Jakarta - Bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto dinilai sangat potensial menarik dukungan lebih dari berbagai kalangan masyarakat.
Prabowo Subianto dinilai sangat memungkinkan mengajak Partai Demokrat untuk bergabung ke Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Advertisement
Hal tersebut disampaikan oleh Pengamat Politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin. Ia menyebut, berdasarkan sejarah dan rekam jejak Demokrat, kemungkinan besar akan bergabung dengan Prabowo.
"Sangat potensial, bagaimanapun Demokrat bisa mengusung Prabowo Jadi capres," kata Ujang melalui keterangan tertulis, Kamis (14/9/2023).
Ujang melihat antara Demokrat dan Partai Gerindra memiliki banyak kesamaan. Dia mengatakan, tidak perlu dilihat dari hal yang rumit, persamaan Demokrat dan Gerindra sangat terlihat dengan kader partai yang banyak dari keluarga tentara.
Bahkan menurut Ujang, sang Ketua Umum (Ketum) kedua partai yakni Prabowo Subianto dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga sama dari keluarga militer. Selain itu, SBY mantan Presiden ke-6 RI juga merupakan Jenderal Bintang Empat TNI Angkatan Darat.
"Mungkin saja, kader mereka juga banyak satu barisan dari tentara sehingga memungkinkan Demokrat untuk bisa bergabung dengan Gerindra," terang Ujang.
Oleh karena itu, sangat wajar jika Demokrat bergabung dengan Gerindra untuk memenangkan Prabowo di Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024 mendatang.
"Itu hal yang wajar-wajar saja jika Demokrat bergabung kepada Getindra kalau dengan PDIP tidak rekonsiliasi," pungkas Ujang.
SMRC: Duet Anies-Cak Imin Kalah dari Ganjar-RK dan Prabowo-ET
Sebelumnya, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Anies Baswedan dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang baru dideklarasikan. Hasilnya, elektabilitas Anies-Cak Imin hanya 16,5 persen.
Dalam survei, Anies-Cak Imin dihadapkan dengan Ganjar Pranowo yang dipasangkan dengan Ridwan Kamil, serta Prabowo Subianto yang dipasangkan dengan Erick Thohir.
"Sementara untuk Ganjar-RK unggul dengan angka 35,4 persen dan Prabowo-ET sebagai runner-up dengan elektabilitas 31,7 persen. Responden yang belum menjawab 16,4 persen.
Survei digelar pada 5 September melalui telepon setelah Anies-Cak Imin dideklarasikan pada 2 September 2023 lalu.
Pendiri SMRC Saiful Mujani menjelaskan, dari hasil survei itu, tidak dapat disimpulkan apakah Anies-Cak Imin mendapatkan respon positif atau negatif setelah dideklarasikan. Karena tidak ada data duet itu sebelumnya.
Hanya saja dalam survei individual, elektabilitas Anies mencapai 20 persen. Maka ketika berpasangan dengan Cak Imin memperlihatkan belum ada kenaikan.
"Artinya, ketika Anies berpasangan dengan Muhaimin, data ini menunjukkan suara Anies belum mengalami kenaikan," kata Saiful dalam keterangannya, Kamis 14 September 2023.
Advertisement
Tak Ada Perubahan Suara yang Besar
Saiful juga menjelaskan, selama Anies didukung NasDem, PKS dan NasDem, suaranya ketika dijumlahkan mencapai 20 persen. Ketika dipasangkan dengan Cak Imin hanya 16 persen mencerminkan dukungan itu hanya berasal dari kekuatan dari NasDem dan PKB saja, atau NasDem dan PKS saja.
"Jika suara Anies-Muhaimin sekarang sekitar 16 persen, ini mungkin mencerminkan kekuatan dua partai, bisa PKB dengan Nasdem atau Nasdem dengan PKS," jelas Saiful.
Artinya, Anies tidak atau kurang memiliki pemilih independen karena hanya berasal dari partai pengusung. Anies tidak memberikan efek ekor jas kepada partai pengusungnya.
"Harapan bahwa suara pasangan ini akan meningkat paska deklarasi belum terjadi. Kalau kita berpikir positif, mungkin karena mesin politiknya belum panas dan pemilih butuh waktu untuk antri masuk ke kotak Anies-Muhaimin," kata Saiful.
SMRC menggelar survei melalui wawancara telepon pada 5-8 September 2023. Pemilihan sampel menggunakan metode random digit dialing. Dengan teknik itu diambil sampel sebanyak 1212 responden. Survei memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.