Liputan6.com, Casiguran - Topan dahsyat Koppu yang memicu hujan lebat di Filipina utara telah merenggut 26 nyawa, selain itu juga meratakan rumah, dan menghancurkan lahan pertanian. Beberapa media menyebut jumlah korban mencapai 39 orang.
Setelah melemah pada Rabu waktu setempat, Topan Koppu dilaporkan menuju selatan Jepang.
Advertisement
"Banjir dan tanah longsor di pulau Luzon Filipina menjadi penyebab kematian," kata juru bicara badan bencana nasional setempat, Romina Marasigan, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (21/10/2015).
Pihak meteorologi kemudian memperingatkan para nelayan dan kapal feri yang melaut, karena Topan Koppu yang menghembus angin 55 kilometer per jam (34 mph) kan berpindah ke timur laut menuju Pulau Ryukyu Jepang dengan kecepatan 6 kilometer per jam (4 mph).
Lebih dari 100.000 orang masih di tempat penampungan sementara karena Koppu menghancurkan lahan petanian, infrastruktur, dan rumah dengan total kerugian mencapai lebih dari 6,57 miliar peso (US$ 141.630.000).
"Kami sangat ketakutan dan berdoa ketika berlindung di bawah meja selama beberapa jam setelah angin kencang meniup atap dan dinding rumah," kata seorang korban selamat bernama Andres Subang sambil menyeka air mata saat ia menceritakan bagaimana keluarganya berhasil melewati bencana buruk itu.
"Saya telah mengalami tak terhitung jumlahnya topan dalam hidup, tapi ini yang terburuk. Topan yang satu ini menghancurkan segalanya, kami sampai nyaris tak memiliki makanan dan apapun untuk bertahan hidup," tambah pria 72 tahun itu.
Tropical Storm Risk di Inggris telah menurutkan level Topan Koppu menjadi badai tropis. Tapi badan prakiraan cuaca Filipina tetap mempertahankan peringatan badai di pulau utara Batanes dan Babuyan.
Para pejabat pertanian mengatakan banjir menghancurkan 5 persen dari total produksi kuartal keempat di provinsi penghasil beras nasional.
Pihak berwenang di kota pesisir Casiguran -- di mana Topan Koppu dimasukkan topan kategori 4 -- telah mengerahkan alat berat untuk membersihkan jalan dari pohon tumbang, tiang listrik yang ambruk, dan mengangkat puing-puing.
"Ketika kami pergi ke sekitar kota, kami melihat dampak destruktif topan ini. Ada begitu banyak rumah yang hancur," kata pejabat kota, Nida Coralde kepada Reuters seraya menambahkan bahwa distribusi pasokan bantuan telah dimulai.
Angin kencang itu juga membuat rumah-rumah penduduk menjadi potongan kayu kecil, merusak segalanya. Sebagai warga mulai bekerja untuk memperbaiki rumah.
Hembusan angin yang luar biasa kencang itu juga membuat pesawat dan helikopter militer pada hari Selasa 20 Oktober tak bisa terbang membawa bantuan pemerintah -- makanan, air dan bahan bantuan lainnya.
Sejauh ini, beberapa daerah masih banjir. Bahkan tanpa pasokan listrik dan komunikasi. Filipina dilaporkan kerap dilanda 20 topan setiap tahun. Sebelumnya Haiyan menewaskan ribuan manusia. (Tnt/Ein)