Liputan6.com, Ankara - Jacqueline Sutton, mantan jurnalis BBC ditemukan tak bernyawa di kamar mandi di terminal transit Bandara Internasional Ataturk di Turki. Menurut kantor berita resmi Anadolu, menuliskan bahwa Sutton tertinggal pesawat lanjutannya.
Polisi menemukan wanita itu tewas tergantung pada Sabtu 17 Oktober 2015 lalu. Menurut otoritas Turki, Sutton bunuh diri karena tertinggal pesawat.
Advertisement
Teman-teman sesama jurnalis dan pejabat PBB tidak mempercayai bahwa ia tewas bunuh diri. Mereka menuntut penyelidikan penuh kematian perempuan berusia 50 tahun itu.
Sutton yang pernah bekerja untuk PBB itu, terbang dari London ke Istanbul lalu mengambil penerbangan lanjutan ke Irbil, kota di mana kelompok Kurdi bermaskas. Di sana, Sutton akan menggantikan posisi rekannya Ammar al Shahbander sebagai acting country director di Institute for War and Peace Reporting. Ammar tewas dalam serangan bom mobil di Baghdad bulan Juni lalu.
"Jelas, tidak percaya apa yang ditulis di media Turki itu," kicau Jane Pearce, country director UNFP di Irak dalam Twitternya, seperti dikutip CNN, Rabu (21/10/2015). Pearce adalah teman Sutton selama mantan jurnalis itu bekerja untuk PBB.
Teman dan kolega lainnya pun tak percaya bahwa Sutton akan menghabisi nyawanya hanya karena masalah sepele. Charlie Winter seorang peneliti senior di London bahwa ia jelas tak percaya laporan itu.
"Kami bertemu pada Senin 12 Oktober. Dia bersemangat, tampak seperti biasa saja. Tidak ada tanda-tanda untuk bunuh diri," tulis Winter dalam media sosialnya.
Diretur Institute for War and Peace Reporting mengatakan kepada CNN bahwa mereka akan mengirim tim independen untuk mencari tahu sebab kematiannya.
Duta besar Inggris di Turki telah mendapat kabar bahwa salah satu warganya tewas. Mereka mengatakan bahwa staf kedutaan telah menghubungi keluarga dan tetap berhubungan dengan otoritas Turki tentang penyebab kematiannya.
"Jacky adalah salah seorang yang paling top dan profesional yang telah bekerja di Irak. Ia telah menghabiskan 10 tahun hidupnya di negara itu," kata Anthony Borden, eksekutif direktur.
Sutton bisa bicara lima bahasa termasuk Arab. Ia sangat berpengalaman di bidang media dan pembangunan. Pernah bekerja untuk BBC di Afrika, Timur Tengah serta Inggris. Karirnya juga melejit di PBB dan membidani isu-isu negara Afghanistan, Iran, Gaza dan Afrika Barat.
Sutton juga kandidat Phd dari Center for Arab and Islamic Study di Australian National University, Canberra, Australia. (Rie/Ein)