Kemlu: PM Baru Australia Berencana Kunjungi Indonesia

Tata menyebut jika waktunya sudah cocok, maka pertemuan PM Turnbull dan Presiden Jokowi bisa dilangsungkan sesegera mungkin.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 22 Okt 2015, 05:49 WIB
PM Australia Malclom Turnbull (REUTERS/David Gray)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir membenarkan adannya rencana kunjungan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull. Namun, dia belum bisa memastikan kapan kunjungan tersebut akan terlaksana.

"Ada rencana (lawatan PM Turnbull) itu, namun kita masih cocokkan waktu," sebut pria yang kerap disapa Tata ini di kantor Kemlu, Rabu 21 Oktober 2015.

Meski belum bisa memastikan kapan, Tata menyebut jika waktunya sudah cocok, maka pertemuan PM Turnbull dan Presiden Joko Widodo atau Jokowi bisa dilangsungkan sesegera mungkin. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan bisa dihelat sebelum 2015 berakhir.

Tata menambahkan, di penghujung tahun ini Presiden Jokowi akan kebanjiran tamu pemimpin dunia. Setelah Ratu Denmark, 2 presiden dipastikan sudah mengantre untuk bertemu langsung dengan Jokowi di Jakarta.

"Ke depan ini sangat banyak kunjungan setelah Denmark ada (Presiden) Filandia dan Italia, lalu Bapak ke 3 KTT, jadi waktu sangat sulit," tutur dia.

Pertemuan dengan Menlu Bishop

Selain menuturkan rencana lawatan PM Turnbull, Tata juga menyebut di waktu dekat ini, Menlu Australia Julie Bishop akan menggelar pertemuan bilateral dengan Menlu Retno Marsudi.

Pertemuan akan berlangsung di sela pertemuan tingkat Menteri Asosiasi Poros Samudera Hindia (IORA) yang tengah berlangsung di Kota Padang, Sumatera Barat.

"Rencananya akan seperti itu, rencananya sudah kita jadwalkan Menlu RI dan Menlu Bishop akan bertemu," sebut dia.

Pertemuan antara dua Menlu ini akan membahas beberapa isu. Namun, hal paling penting yang akan dibahas adalah soal penyerahan kepemimpinan IORA dari Australia ke Indonesia.

"Utamanya terkait IORA yang saat ini Australia merupakan chairman dari IORA dan akan diserahkan ke Indonesia. Selain itu beberapa isu terkait hubungan bilateral yang ingin disampaikan seperti pertemuan two plus two, namun demikian isunya tak telalu banyak karena waktu sangat sempit," pungkas Tata. (Ado/Mar)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya