Pembakaran Lahan di Merauke, 20 Warga Muting Diperiksa

Ada dugaan lahan milik sebuah perusahaan kelapa sawit itu sengaja dibakar.

oleh Katharina Janur diperbarui 22 Okt 2015, 06:46 WIB
Seorang petugas pemadam dari Kementerian Kehutanan Indonesia, bersama anggota TNI menyemprotkan air ke hutan lahan gambut di Parit Indah Desa, Kampar, Riau, Rabu (9/9/2015). Kebakaran lahan menyebabkan kabut asap di sejumlah wilayah. (REUTERS/YT Haryono)

Liputan6.com, Jakarta - Polisi memeriksa 20 warga Distrik Muting, Kabupaten Merauke terkait kebakaran lahan milik PT  Agri Prima Cipta Persada (PT ACP) di wilayah itu. Salah satunya adalah Kepala Distrik Muting yang diduga mengetahui soal terbakarnya lahan untuk kelapa sawit tersebut.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, Kombes Rudolf Patrige menyebutkan api membakar ilalang yang berada di sepanjang kiri dan kanan jalan dari Etambo ke Muting. Tim gabungan TNI/Polri telah memadamkan api di lahan seluas 50 hektare itu.

"Kami masih terus menelusuri, apakah lahan itu sengaja dibakar atau terbakar karena musim kemarau. Untuk mencari tahu tentang hal ini, maka tim Labfor dari Makassar telah datang ke Merauke untuk membantu Polres Merauke melakukan olah TKP dan melakukan penyelidikan lanjutan," kata Rudolf kepada wartawan di Jayapura, Rabu 21 Oktober 2015.

Kapolda Papua, Irjen Paulus Waterpauw berjanji akan menindak secara tegas pelaku pembakaran lahan ini. Apalagi jika diketahui ada korporasi yang terlibat dalam hal ini.

"Ada dugaan perusahaan ini melakukan pembersihan lahan. Sehari sebelumnya Panglima Kodam telah memimpim pemadaman api langsung di Merauke dan kami juga menurunkan personel Polres Merauke dan Brimob. Proses pemadamannya pun masih dilakukan dengan cara manual. Kami telah membuat posko di lokasi pembakaran lahan dan mendesak pihak perusahaan juga menyediakan sarana pompa air genset, agar air bisa diambil langsung pada di sungai terdekat," tutur Paulus.

Asap kebakaran lahan di Merauke ini menyebabkan polusi di sejumlah daerah yang berada di sekitarnya, terutama Timika. Jarak pandang pun terbatas. Akibatnya, bandara di Timika pernah ditutup karena jarak pandang hanya 50 meter. Polisi memetakan jumlah titik api terbanyak pada saat ini terdapat di Tabonji sekitar 58 hotspot dan Kimaam 28 buah. (Bob/Ado)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya