Liputan6.com, Pasadena - Pada hari ini tahun 1989, 23 orang meninggal dalam serangkaian ledakan yang dipicu oleh kebocoran di sebuah pabrik plastik di Pasadena, Texas. Ledakan terjadi di pabrik Phillips Petroleum Company. Menurut hasil investigasi, insiden terjadi karena prosedur keselamatan yang tidak memadai.
Sebuah reaktor polietilen di Phillips 66 Chemical Complex di Pasadena menciptakan senyawa kimia yang diperlukan untuk produksi plastik. Pabrik tersebut memproduksi jutaan kilo plastik setiap harinya untuk digunakan dalam pembuatan mainan dan kontainer.
Advertisement
Demi memotong biaya, Phillips mempekerjakan beberapa subkontrak untuk pemeliharaan yang diperlukan di pabrik. Mereka memilih Fish Engineering and Construction sebagai subkontraktor utama. Perusahaan ini tidak mempunyai reputasi bintang sama sekali.
Pada Agustus, seorang karyawan Fish membuka pipa gas untuk pemeliharaan tanpa mengisolasi pipa. Hal ini menyebabkan pelarut yang mudah terbakar dan gas menguap ke area kerja. Atas kecerobohan ini, satu pekerja tewas dan melukai 4 orang lainnya, seperti dikutip dari History.com.
Fish melakukan pekerjaan pemeliharaan pada reaktor polyethylene pabrik pada 23 Oktober, sekali lagi, masalah muncul. Katup tidak benar aman, dan sekitar pukul 13.000, 85.000 pounds gas yang mudah terbakar gas etilen-isobutana bocor ke pabrik.
Tidak ada detektor atau sistem peringatan akan terjadinya dari bencana. Dalam waktu dua menit, awan gas besar berhembus lalu meledak. Kekuatan ledakan setara dengan 2.5 ton dinamit.
Ledakan terdengar hingga berkilo-kilo meter jauhnya. Bola api terlontar ke segala arah hingga 15 mil jauhnya. 23 pekerja di Phillips tewas dan 130 lainnya luka-luka serius saat ledakan pertama memicu reaksi ledakan berantai.
Sebuah penyelidikan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Administration (OSHA) menemukan Phillips melakukan pelanggaran keamanan serius. Pun terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Perusahaan itu tidak melakukan pemeriksaan yang komprehensif sejak tahun 1975.
Kesaksian lain mengungkapkan bahwa prosedur keselamatan yang tidak memadai digunakan selama proses pemeliharaan telah meninggalkan pabrik rentan terhadap bencana. Namun, tidak ada tuntutan pidana yang diajukan terhadap Phillips atau pun manajernya.
Peristiwa lain yang terjadi pada tanggal 23 Oktober, terjadi pada tahun 1983. Barak Militer AS di Beirut dibom. Akibatnya 241 tentara tewas seketika. Kejadian ini bermula ketika 2 buah truk sengaja ditabrakkan ke markas militer AS di Beirut. Kedua truk itu diketahui membawa 1,4 ton bahan peledak.
Tak pelak, tabrakan tersebut langsung memicu ledakan super besar. Ledakan ini bahkan sampai meluluhlantakkan markas militer AS. Kedua sopir truk Abu Mazen dan Abu Sijaan langsung tewas di tempat kejadian. Peristiwa ini pun diyakini sebagai aksi bom bunuh diri.
Menurut sumber BBC, Mazan dan Sijaan merupakan bagian dari gerakan Revolusi Islam. Gerakan ini adalah kelompok Syiah Radikal Lebanon yang berkedudukan di Timur Lebanon. (Rie/Ali)