Kenakan Masker, Ratusan Santri di Surabaya Gelar Hari Santri

Penggunaan masker sebagai bentuk keprihatinan mereka atas warga Sumatera dan Kalimantan yang terkena dampak asap.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 23 Okt 2015, 01:36 WIB
Kenakan masker, ratusan santri di Surabaya gelar hari santri. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Hari Santri Nasional yang diresmikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo disambut ratusan santri di Surabaya dengan menggelar upacara.

Namun acara ini terlihat sedikit berbeda dengan upacara seperti biasanya. Sebab pada upacara itu, ratusan santri selain memakai busana muslim lengkap dengan sarung dan peci juga mengenakan masker. Penggunaan masker sebagai bentuk keprihatinan mereka atas warga Sumatera dan Kalimantan yang terkena dampak asap.

Bertindak sebagai inspektur upacara Ketua DPW PKB KH Abdul Halim Iskandar.

Diawali, inspektur upacara melakukan peninjauan barisan peserta upacara ‎didampingi sejumlah petugas upacara pembaca teks Pancasila dan Ikrar Santri dan lainnya.

Kemudian, komandan upacara memberikan laporan dimulainya pelaksanaan upacara.

"Ini sebagai tonggak sejarah, 22 Oktober yang telah ditetapkan pemerintah sebagai Hari Santri Nasional," kata Abdul Halim Iskandar di Surabaya, Kamis (22/10/2015).

Halim menguraikan, sejarah perjalanan hari santri. Dia menyebut, kala itu kondisi tentara negara Republik Indonesia lelah karena tak henti bertempur.

"Saat itu Bung Karno meminta kepada sejumlah kiai untuk ikut membantu, menggerakkan para santri untuk berjihad, melawan dan mengusir penjajah. Maka lahirnya resolusi jihad yang digagas Mbah Hasyim Asy'ari. Ber‎bondong-bondonglah santri di seluruh pelosok tanah air angkat senjata yang dimiliki untuk melawan penjajah, termasuk di Jawa Timur," tandas Halim.

Usai melaporkan acara, sang komandan melanjutkan rangkaian agenda dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan Teks pancasila, Ikrar Santri Indonesia dan teks Fatwa Jihad.

Setelah selesai acara, ratusan santri menyuguhkan drum band dan treatrikal yang menggambarkan perlawanan rakyat terhadap penjajah. (Ali/Mar)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya