Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menegaskan ruang untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) cukup terbuka. Hal ini dilihat dari data ekonomi makro Indonesia yang sudah dihimpun dan dihitung oleh otoritas moneter ini dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada pertengahan Oktober lalu.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan, pelonggaran kebijakan moneter, termasuk menurunkan BI Rate yang saat ini masih berada di level 7,50 persen, harus mempertimbangkan sisi fundamental ekonomi dalam negeri.
Dari data yang ada, masih telah ada perbaikan ekonomi meskipun belum terlihat tinggi. "Itu terlihat dari inflasi yang sebelumnya di kisaran 4 persen plus minus 1 persen atau 4,3 persen, ternyata bisa di bawah 4 persen akhir tahun ini. Bahkan kalau bisa dipertahankan akan menyentuh 3,6 persen," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Jumat (23/10/2015).
Melongok data ekonomi makro yang lain, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD), tambah Agus, diperkirakan bakal menyempit di kisaran 2 hingga 2,1 persen pada akhir 2015. Proyeksi angka ini lebih rendah dibanding pencapaian tahun lalu sebesar 3,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Kondisi ini juga didukung neraca perdagangan yang surplus sejak Januari-September 2015. Ini konsisten menunjukkan perbaikan fundamental ekonomi Indonesia," tegasnya.
Kata Agus, risiko pelemahan ekonomi global masih akan terus berlanjut. Ekonomi Amerika Serikat (AS) belum solid, sedangkan untuk China juga belum memperlihatkan perbaikan. Di luar itu, harga komoditas cenderung menurun.
Dia mengaku ada beberapa hal untuk mewaspadai perkembangan eksternal. Pertama, Mantan Menteri Keuangan ini mengatakan, pertumbuhan ekonomi China kecenderungannya melambat. Imbasnya, Agus bilang, sangat signifikan terhadap perekonomian dunia dan negara-negara berkembang.
"Mata uang China mau diinternasionalisasikan, jadi mata uangnya dikelola moneter, independen dengan capital account terbuka. Tentu ini ada risiko khusus dalam perlaksanaan dengan mempertimbangkan dolar AS menguat dan upaya China menjaga pertumbuhan ekonominya tidak menurun lebih besar," ucap dia.
Kedua, normalisasi kebijakan The Federal Reserves soal kepastian kenaikan tingkat bunga Bank Sentral AS menjadi perhatian Indonesia di tahun ini atau tahun depan. Ketiga, tantangan berlanjutnya penyesuaian harga komoditas.
"Kondisi ekonomi domestik kita kuat, tapi risiko eksternal perlu diwaspadai. Di pembahasan mendatang akan ada lagi Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan, maka semua kembali ke data independen. Kami akan lakukan satu perubahan kebijakan sepenuhnya bila didukung data," tandas Agus. (Fik/Gdn)*
Gubernur BI Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga
Risiko pelemahan ekonomi global masih akan terus berlanjut.
diperbarui 23 Okt 2015, 09:34 WIBGubernur BI Agus Martowardojo memberikan keterangan pers usai rapat kabinet terbatas bidang perekonomian di Kantor Presidenan, Jakarta, Rabu (11/3/2015).Rapat tersebut mengenai perkembangan nilai tukar rupiah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
DPR Apresiasi Penurunan Biaya Haji 2025, Minta Pemerintah Jaga Kualitas Pelayanan dan Tambah Kuota
MicroStrategy Tutup 2024 dengan Borong 1.070 Bitcoin
Link Daftar PPPK Tahap 2, Ditutup 15 Januari 2025 Pukul Pukul 23.59 WIB
350 Caption IG Inggris Singkat dan Artinya, Inspirasi untuk Feed Aesthetic
Dari Tuduhan Kesalahan Taktik hingga Isu dengan Elkan Baggott, Ini Kontroversi di Bawah Kepemimpinan Shin Tae-yong di Timnas Indonesia
Siapa Fabrizio Romano yang Bocorkan Patrick Kluivert Bakal Latih Timnas Indonesia?
Ayah Baim Wong Meninggal Dunia, Paula Verhoeven: Selamat Jalan Papa
Gunung Ibu Meletus Dahsyat Selasa Siang 7 Januari 2025, Kolom Abu Capai 3.000 Meter
Ikuti Bursa Asia, IHSG Dibuka Cerah Hari Ini
Bareskrim Sita Hotel Aruss Terkait Kasus TPPU Perjudian Online, Ini Faktanya
Nepal Gempa Magnitudo 7,1, Bangunan Berguncang dan Getarannya Terasa di India
Cetak Rekor, Tuna Sirip Biru Seukuran Motor Terjual Rp21 Miliar di Pelelangan Ikan Jepang