Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ada 2 opsi terkait dengan penanganan korban darurat asap akibat kebakaran hutan. Para korban saat ini tengah mengungsi di shelter-shelter pengungsian yang tersebar di 7 provinsi di Sumatera dan Kalimantan.
"Ada 2 pilihan untuk teknis penanganannya," kata Luhut usai rapat koordinasi di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (23/10/2016).
Advertisement
Pertama, kata Luhut, mereka tetap tinggal di shelter-shelter, di mana nantinya tiap shelter diberi penyaring udara dan air agar tetap bersih tanpa terkontaminasi asap. Opsi kedua adalah melakukan evakuasi.
"Kalau itu tidak bisa akan dilakukan evakuasi dengan dipindahkan korban, misal di Kalimantan akan dipindahkan ke daerah Banjarmasin," ucapnya.
Jika masih tak bisa, maka Akan dipindahkan ke kapal-kapal TNI AL yang saat ini sudah disiagakan. Nantinya kapal-kapal TNI itu akan ditempatkan di Sumatera dan Kalimantan.
"3 taruh di Kalimantan dan 3 ditaruh di Sumatera. Dan ada 1 kapal rumah sakit kalau nanti dibutuhkan," ujarnya.
Bantah Pemadaman Berhenti
Meski mengutarakan mengenai penanganan korban darurat asap, Luhut menolak jika dikatakan pemerintah menyerah memadamkan api secara cepat. Luhut mengaku, pemadaman jalan terus sampai benar-benar padam.
"Pemadaman jalan terus. Jangan salah, kami tadi sudah melihat pemadaman dengan pesawat BE200 sangat efektif di Ogen Komering Ilir (OKI)," kata Luhut.
Luhut menambahkan, pemerintah tak akan menyerah untuk memadamkan kebakaran hutan. Namun, dia tak bisa memberi target kapan pemadaman bisa kelar dilakukan.
"Tak ada kata menyerah. Tapi target kita tak selesai dua minggu," ucapnya.
Bahkan, lanjut Luhut, target yang sudah ditetapkan, sampai hujan turun sehingga pemadaman kebakaran bisa dilakukan secara menyeluruh. Karenanya, dia juga berharap hujan bisa turun.
"Kami berharap dengan hujan. Karena hujan bisa netralisi lahan gambut sampai ke bawah," pungkas Luhut. (Ali/Dms)