Liputan6.com, Jakarta - Harga emas tergelincir ke level paling rendah dalam dua pekan terakhir, pada perdagangan Jumat (23/10/2015). Investor melepaskan asetnya sebagai respons penguatan dolar dan data manufaktur AS yang optimis.
Emas yang paling aktif diperdagangkan, yakni untuk pengiriman Desember jatuh US$ 3,3 atau 0,3 persen dan bertengger di level US$ 1.162,80 per ons pada perdagngan di New York Mercantile Exchange (Nymex).
Advertisement
Harga ini dinilai paling rendah sejak 9 Oktober lalu, di mana harga menyentuh level US$ 1.155,90.
Dikutip dari Wall Street Journal, Sabtu (24/10/2015), emas sudah menikmati masa-masa di harga yang tinggi dalam beberapa hari terakhir, kala investor melanjutkan untuk menghitung kembali perkiraan mereka terkait kebijakan moneter AS.
Data ekonomi terbaru yang menunjukkan penyerapan tenaga kerja yang melambat dan inflasi rendah diharapkan bisa membuat bank sentral the Federal Reserve untuk menunda kenaikan suku bunga hingga 2016, memberikan emas jeda yang dibutuhkan.
Namun pejabat the Fed memberi sinyal kesiapan mereka untuk menaikkan suku bunga sebelum akhir 2015.
Pada Jumat, Markit US flash manufaktur indek naik ke level 54 pada Oktober dari level 53,1 pada September. Ekonom memprediksi angka tersebut akan jatuh ke level 52,3.
Data yang optimistis tersebut mendukung argumen untuk kebijakan moneter lebih ketat dan menjaga harga emas, sehingga kurang menarik dibanding obligasi keuangan selama periode suku bunga yang lebih tinggi. (Zul/Igw)*