Liputan6.com, Jakarta - Bisnis iklan adalah salah satu sumber pendapatan Google. Karena itu, perusahaan merasa harus bertindak sigap agar software pemblokir iklan atau yang dikenal dengan nama ad blocker tidak mengancam bisnisnya.
SVP Google Ads, Sridhar Ramaswamy, mengungkapkan bahwa industri iklan harus bergegas dan melakukan sesuatu terhadap pemblokir iklan. Software yang secara otomatis menghilangkan iklan dari website tersebut, menjadi topik hangat pasca Apple menghadirkannya untuk iPhone dan iPad beberapa waktu lalu.
Kendati bisnis iklan mobile saat ini masih memberikan keuntungan besar, Ramaswamy merasa industri tidak boleh lengah begitu saja.
"Sangat jelas (pemblokir iklan) mempengaruhi perusahaan-perusahaan besar. Tapi berbagai opini dari blog-blog, hingga surat kabar menyebutkan bahwa mereka menderita ketika seseorang memasang pemblokir iklan. Menurut saya, pemblokir iklan adalah instrumen tumpul, karena itulah kita harus khawatir," ungkap Ramaswamy, seperti dilansir Business Insider, Minggu (25/10/2015).
Dijelaskannya, orang-orang memasang pemblokir iklan biasanya karena merasa risih dengan iklan yang menutupi halaman mobile website atau tidak menemukan tanda keluar "X" di pojok iklan. Ancaman iklan buruk seperti itu, kata Ramaswamy, akan membuat gaduh di semua industri.
Dengan demikian, dibutuhkan standar yang lebih jelas agar bisnis iklan bisa terus berlanjut. "Dibutuhkan lebih banyak standar iklan berkelanjutan yang secara sukarela kita tetapkan, dan hal-hal di dalam standar itu tidak bisa diblokir. Hal ini sangat penting agar kita semua bisa bertahan," jelasnya.
Karena itu, Google tengah menjalin komunikasi dengan AdBlock Plus yang bekerjasama dengan berbagai pihak di industri iklan untuk menciptakan kriteria iklan yang bisa menyandang label "acceptable" atau diperbolehkan. Iklan acceptable tidak akan diblokir.
Ramaswamy berharap penetapan standar akan diumumkan secepatnya. "Semoga dalam beberapa bulan ini (diumumkan)," tuturnya.
(din/isk)
`Pemblokir Iklan` Bikin Google Ketar-ketir
Google merasa industri iklan harus sigap dalam menghadapi ad blocker atau pemblokir iklan, agar bisnis iklan tetap bertahan.
diperbarui 25 Okt 2015, 09:12 WIBMenurut hasil penelitian Bank of America Merrill Lynch, mayoritas generasi Millenial mengidam-idamkan bekerja di perusahaan teknologi.
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Hasil Liga Inggris: Manchester United Tahan Imbang Liverpool di Anfield
Viral Uang Palsu Beredar di Rumah Sakit Gorontalo, Disebut Mirip dengan Upal UIN Makassar
Truk Mundur Tak Kuat Nanjak Diduga Picu Kecelakaan di Tol Cipularang
Gus Baha Ungkap Hal yang Bisa Menyelamatkan Peradaban di Akhir Zaman
39 Sekolah di Kabupaten Bogor Siap Gelar Makan Bergizi Gratis
2 Perkara Pilkada Banjarbaru Teregister di MK, jika PSU Maka Paslon 01 Lawan Kotak Kosong
Pasangan Selingkuh, Apa Boleh Langsung Dicerai Buya?
Exco PSSI Sebut STY Bagian Sejarah, Nasib Shin Tae-yong di Timnas Indonesia Bakal Jelas Siang Ini?
Libur Tahun Baru 2025 Berakhir, 684 Ribu Lebih Kendaraan Kembali ke Jabotabek
3 Pemain Manchester United yang Tak Punya Masa Depan di Awal Tahun 2025
3 Tradisi Unik Suku Muna Sulawesi Tenggara, Salah Satunya Sunat Perempuan
Proses Pembongkaran Lahan Eksekusi PTPN I Diwarnai Provokasi 'Oknum'