Liputan6.com, Bengkulu Keluarga pewaris tabut Bengkulu menggelar prosesi silaturahmi pada tanggal 5 dan 6 Muharram lewat adu kekuatan bunyi alat musik perkusi sejenis gendang duduk besar atau biasa disebut alat musik Dhol.
Prosesi silaturahmi dilakukan dengan menggelar perjalanan panjang antara keluarga pewaris keturunan Bansal berjumlah 8 kelompok mengunjungi keluarga Imam senggolo yang terdiri dari 9 kelompok. Perjalanan ini menempuh jarak sejauh lebih dari 10 kilometer, dari kawasan Kampung Bali dan menyinggahi 16 rumah batu atau gerga.
Advertisement
Pada setiap gerga, masing masing kelompok menggelar adu kekuatan musik Dhol atau dinamakan `Beruji Dhol`. Suara menggelegar menyambut kedatangan dan melepas tamu menunju persinggahan selanjutnya seringkali diwarnai “keributan” antar kelompok. Ini merupakan perlambang peperangan di Padang Karballa saat salah seorang kerabat Ali bin Abi Thalib bernama Imam Husein tewas dalam peperangan.
“Pada setiap persinggahan, kami selalu memanaskan alat musik Dhol dengan perapian, ini yang sering memancing suasana panas dan terjadi keributan antar kelompok, bunyi dhol yang dipanaskan akan semakin nyaring dan terus ditabuh selama perjalanan,” jelas Syiafril di Bengkulu (21/10/2015).
Prosesi silaturahmi yang merupakan rangkaian kebudayaan yang digelar sejak ratusan tahun lalu itu dilaksanakan selama 2 hari, pada hari pertama, keluarga Bansal mengunjungi keluarga Imam, keesokan harinya dilakukan sebaliknya, keluarga Imam yang melakukan silaturahmi balasan.
Pemerintah Provinsi Bengkulu memanfaatkan tradisi ini dengan menggelar Festival Tabut selama 10 hari, Balai Raya Semarak Bengkulu, dengan berbagai lomba. Di antaranya lomba Lampion besar atau biasa disebut Telong-telong, lomba tarian Tabut, lomba tarian menggunakan boneka berbentuk ikan atau biasa disebut tari ikan-ikan.
(Yuliardi Hardjo Putro)