Liputan6.com, Riau - Instruksi presiden untuk segera membuka posko evakuasi untuk menyelamatkan warga korban asap ditanggapi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (25/10/2015), sebuah aula pertemuan disulap jadi posko untuk menampung para pengungsi. Di sini tersedia pula fasilitas seperti tempat tidur, pendingin udara, oksigen, dan tim medis.
Advertisement
Rumah singgah oksigen yang baru dibuka sekitar pukul 10.00 WIB ini mulai ramai dikunjungi oleh warga yang sebagian besar anak-anak.
Di Palangkaraya, Kalimantang Tengah, kabut asap kian tebal membuat jarak pandang hanya berkisar 10 meter saja. Kualitas udara yang memburuk membuat oksigen menjadi barang langka di Palangkaraya.
Guna meringankan penderitaan warga, didirikan rumah singgah oksigen di Mess Rimbauan, Kompleks Kehutanan Jalan Yos Sudharso. Para warga bisa mendapat oksigen gratis secara bergantian selama 15 menit.
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Palangkaraya adalah yang terburuk dari semua wilayah kabut asap di Indonesia.
Sementara itu, bayi Aditya hanya bisa menangis dan merengek. Si bayi tampak kesakitan saat berusaha menghirup udara. Udara yang pertama dihirup Aditya adalah kabut asap tebal dari hutan yang dibakar.
Bayi Aditya lahir 2 bulan lalu saat kampung kelahirannya di Pulau Burung, Kota Tembilahan, Indragiri Hilir, Riau sedang dikepung oleh kabut asap pekat.
2 bulan menghirup asap membuat tubuh si mungil semakin ringkih. Putra pasangan Yusuf dan Yati ini akhirya harus dievakuasi ke rumah sakit. Selama dirawat, kesehatan si bayi tak juga membaik.
Asap dari pembakaran hutan tentunya tidak sehat dihirup manusia. Namun setiap hari asap di Pekanbaru, Riau semakin pekat. Para warga pun seakan tak punya tempat lain untuk berlindung. (Vra)