Wayangan Ala Laskar Dewaruci, dari Bung Karno Hingga Marhaenisme

Ada yang ganjil dalam acara wayang yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Laskar Dewaruci di Lapangan Multi Guna, Bekasi Timur

oleh Liputan6 diperbarui 26 Okt 2015, 20:00 WIB
Ada yang ganjil dalam acara wayang yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Laskar Dewaruci di Lapangan Multi Guna, Bekasi Timur

Citizen6, Jakarta Ada yang ganjil dalam acara wayang yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Laskar Dewaruci di Lapangan Multi Guna, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Minggu (25/10) malam.

Dianggap ganjil,sebab pembicaraan soal nilai-nilai kebangsangaan banyak mengemuka dalam momentum tersebut. Salah satunya soal Trisakti Bung Karno hingga Marhaenisme. Sementara acara wayangan sendiri identik dengan hiburan dan kebudayaan, meskipun cerita wayang juga banyak memuat unsur kebangsaan.

Ketua DPP Laskar Dewaruci, Mochtar Mohamad misalnya, dalam sambutanya bicara soal Trisakti Bung Karno yang menurutnya, menjadi alasan diselenggarakannya pertunjukan wayang lakon Dewaruci dengan dalang Tri Luwih Wiwin Nusantara.

Dikakatan olehnya, saat ini ajaran Trisakti Bung Karno sudah mulai dilupakan terutama dari sisi kebudayaan.

"Bung Karno mengajarkan bahwa sebuah bangsa harus memiliki kepribadian dalam bidang kebudayaan. Saat ini saya melihat sebagai sebuah bangsa kita justru kehilangan kepribadian," ujarnya, di hadapan ribuan orang penonton.

Pria yang akrab disapa M2 juga bicara soal Pancasila, sebagai sebuah filosofi bangsa yang sudah seharusnya mawujud dalam kebijakan negara.

"Negara harus mengamalkan Pancasila. Pancasila harus benar-benar hidup di tengah-tengah masyarakat," kata dia.

Sementara itu Sekretaris Jendral PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto yang hadir memenuhi undangan, dalam sambutannya, menyinggung soal lakon Dewaruci. Dimana Lakon Dewaruci banyak mengandung nilai-nila positif.

Misalnya, bagaiaman dalam lakon tersebut, seorang Bima benar-benar tulus dan iklhas menjalankan perintah gurunya Dorna tanpa menimbang akibatnya. Serta bagaimana seorang Bima selalu bersama-sama dengan Punakawan yang merepresentasikan orang kecil.

"Ketulusan seorang Bima, ini bisa menjadi contoh bagi para pemimpin. Bagaimana seorang pemimpin harus tulus dalam melayani rakyat. Begitu juga keberadaan Punakawan selaku represntasi orang kecil atau Marhaen yang mana selalu bersama dengan Bima. Artinya apa bahwa sebagai pemimpin kita harus senantiasa bersama rakyat. Contohlah Pak Mochtar yang tidak hanya dikenal oleh masyarakat, tapi dia mengenal masyarakatnya," kata dia.

Selain pertunjukan wayang, ada pula hiburan campur sari yang dibawakan oleh grup musik Sikapi Langit. Para tamu undangan dari masyarakat biasa hingga tokoh politik dari lokal, hingga nasional yang hadir dalam acara tersebut tampak larut saat grup musik Sikapi Langit membawakan lagu oplosan, politisi dan rakyat berjoget bersama.(*)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya