Liputan6.com, Kabul - Gempa berkekuatan besar yang melanda timur laut Afghanistan pada Senin 26 Oktober juga dirasakan di Pakistan, India, dan Tajikistan. Ratusan orang dilaporkan tewas, bangunan pun runtuh dan kepanikan melanda.
Kepanikan tersebut berujung kematian. Di Provinsi Takhar, Badakhshan barat, setidaknya 12 murid sekolah perempuan meninggal dunia akibat terinjak-injak. Insiden memprihatinkan tersebut terjadi saat mereka berusaha lari dari bangunan yang berguncang hebat, dalam kondisi panik. Demikian ujar Sonatullah Taimor, juru bicara pemerintah provinsi.
Advertisement
Sebanyak 30 murid lainnya dilarikan ke rumah sakit di ibukota provinsi Taluqan. Sementara, kematian juga dilaporkan dari Jalalabad, Afghanistan. Baca: Gempa Afghanistan, 12 Murid Sekolah Perempuan Tewas Terinjak
Dalam sebuah laporan awal, otoritas Afghanistan, Pakistan dan India melaporkan 229 orang tewas dan ratusan terluka. Diperkirakan jumlah korban meningkat karena masih banyak jalur komunikasi yang terputus, terutama di pedesaan.
Di Pakistan 154 orang meninggal dunia. Sementara itu, pejabat pemerintah Afghanistan mengumumkan 74 orang tewas. Di India, di Jammu dan Kashmir 1 orang meninggal.
Gempa berkekuatan 7,5 skala Ritcher ini mirip dengan gempa Kashmir tahun 2005 yang berkekuatan 7,6 SR, yang menewaskan 70 ribu orang. Namun tidak seperti 10 tahun lalu, pusat gempa berada di kedalaman Bumi sekitar 223 kilometer dari permukaan.
Menurt Geological Survey United States atau Survei Geologi Amerika Serikat, gempa di kedalaman perut Bumi umumnya tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.
Pusat gempa itu sendiri berada di daerah Jarm, sebuah kawasan pedesaan dan berpenduduk padat. Namun, karena infrastruktur buruk maka proses evakuasi pun terhambat.
"Ini sungguh-sungguh buruk," kata Masoud Popalzai, produser CNN di Kabul, Selasa (27/10/2015) "30 tahun dalam hidupku, ini adalah pengalaman terburuk yang pernah aku alami sendiri."
Ia menceritakan orang-orang berlarian ke jalan. Bangunan bergetar dan runtuh. Sekitar 96 kilometer dari Kabul, bangunan bersejarah dilaporkan runtuh.
Dilaporkan di Islamabad, Pakistan, koresponden CNN Sophia Saifi sedang berada di dapur ketika gempa menggetarkan apartemennya. Ia berhasil keluar, namun sesampainya di luar bangunan, ia bisa melihat gedung bertingkat itu bergetar.
"Kami merasakan getaran. Tapi orang-orang tenang dan mencoba menelepon," ujar Saifi.
Presiden India, Narendra Modi dalam Twitternya mengatakan bahwa negaranya siap membantu.
"Saya telah meminta kepada jajaran pemerintah untuk bersiap. Segala kebutuhan untuk gawat darurat dan pertolongan tersedia, apabila diperlukan, termasuk permintaan dari Afghanistan dan Pakistan." (Rie/Tnt)