Liputan6.com, Jakarta - Kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Amerika Serikat, termasuk agenda pertemuannya dengan sejumlah petinggi perusahaan teknologi dunia seperti CEO Microsoft, Satya Nadella, masih menjadi topik hangat.
Seandainya agenda pertemuan itu tetap berlanjut, apakah yang akan dibahas oleh Presiden dengan Nadella? Terkait hal ini, pakar teknologi dan informasi Indonesia, Onno W Purbo, turut berkomentar melalui fan page Facebook yang ia kelola.
Advertisement
Memprihatinkan baca perjanjian antara JOKOWI dengan Microsoft :(( ...Koq gak pada belajar dari Sejarah? Apa mau kita di jajah? Penjajahan sekarang tidak pakai bedil? tapi pakai lisensi & copyright :( ....
Posted by Onno W. Purbo on Sunday, October 25, 2015
"Memprihatinkan baca perjanjian antara JOKOWI dengan Microsoft :(( ... Koq gak pada belajar dari Sejarah? Apa mau kita di jajah? Penjajahan sekarang tidak pakai bedil? tapi pakai lisensi & copyright ...," tulis Onno di Facebook yang disertai dua foto yang menunjukkan perjanjian antara Jokowi dan Facebook.
Status tersebut, menurut pantauan Tekno Liputan6.com, Selasa (27/10/2015), telah mendapat jempol dari 1800 pengguna Facebook dan dibagikan sebanyak 2400 kali (data per 27 Oktober 2015, pukul 10.44 WIB).
Penasaran dengan maksud Onno, pemilik akun dengan nama Andika Bambang Tetuka, pun menuliskan komentarnya, "Tolong dijelaskan lebih rinci pak..saya orang awam soalnya..kalau cuma headline aja kan susah ngertinya apalagi bahasa inggris."
Berselang dua menit, Onno menjawab pertanyaan Andika, "Sederhananya guru2 & murid dicekokin pakai Microsoft .... supaya nanti mereka lulus pakai & bayar ke Microsoft ..."
Masih di status tersebut, diketahui bahwa Onno sebenarnya sudah memberi masukan kepada pemerintah untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan yang menyangkut kerja sama bilateral, termasuk kerja sama dengan Microsoft. Sebelumnya, pemerintah Indonesia juga pernah membuat perjanjian kerja sama dengan Microsoft.
Implikasinya, pemerintah menghabiskan dana yang tidak sedikit untuk menggunakan lisensi berbayar atas perangkat lunak Microsoft. Hal ini tentu mengundang protes. Kemudian lahirlah gerakan yang pro terhadap open source, yang bernama Indonesia Go Open Source (IGOS). Salah satunya berkat kehadiran IGOS, sistem operasi Linux --yang merupakan sistem operasi open source-- pun naik daun.
Sebagai informasi, IGOS adalah sistem operasi dengan perangkat lunak legal dan tanpa membayar lisensi untuk pengguna di Indonesia. IGOS dikembangkan oleh Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bersama dengan komunitas. IGOS secara konsisten dikembangkan sejak tahun 2006.
Sederhananya, Onno menyayangkan sikap pemerintah Indonesia yang tidak belajar dari masa lalu. Kerja sama dengan Microsoft dianggapnya membuang-buang uang negara, yang sebetulnya bisa digunakan untuk mengedukasi masyarakat dalam menggunakan perangkat lunak legal yang bersifat open source.
(why/isk)