Masih Ada Potensi Dana Asing Keluar dari RI

Rupiah masih akan bergerak terbatas di kisaran 13.900 per dolar AS pada pekan ini.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 29 Okt 2015, 07:41 WIB
Pengunjung memperlihatkan uang pecahan US$100 di Jakarta, Jumat (9/10/2015). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (9/10/2015) mengalami penguatan, bahkan bergerak ke level Rp 13.400. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Valas, Farial Anwar mengingatkan kepada pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk tidak berpuas diri dengan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan kurs rupiah dinilai masih rentan karena ada kekhawatiran aliran modal yang masuk hanya mampir sementara ke Indonesia.

Kurs rupiah yang diperdagangkan antarbank kemarin (28/10/2015) bergerak menguat sebesar 112 poin menjadi Rp 13.508 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.620 per dolar AS.

"Penguatan rupiah karena berita eksternal, The Fed diprediksi tidak akan menaikkan suku bunganya tahun ini, aksi ambil untung dolar yang terlampau tinggi, investor jual dolar masuk ke pasar modal, surat utang kita sehingga harga saham naik tajam. Jadi penguatan 2-3 minggu ini karena hot money," tegas Farial saat dihubungi di Jakarta, Kamis (29/10/2015).

Menurutnya, ini merupakan permainan atau spekulasi investor yang hanya mencari keuntungan. Sementara ketika pasar modal dan pasar keuangan sedang bergejolak, Farial bilang, investor dapat dengan mudah lari terbirit-birit membawa dolar AS kembali pulang kampung.

"Apalagi kita menganut sistem devisa bebas, investor bisa keluar sesuka hati, yang penting dapat untung. Jadi penguatan rupiah bukan karena fundamental ekonomi kita membaik, jangan bangga dulu. Ini hot money, di mana pasar uang atau rupiah kita sangat tidak sehat," jelas Farial.

Ia menyarankan agar BI mampu mengendalikan volatilitas kurs rupiah dengan komitmen menjalankan kebijakan moneter yang sudah dikeluarkan.

"Jangan sampai rupiah balik lagi melemah ke level 14 ribu per dolar AS, mudah-mudahan bisa ditahan di bawah range itu," harapnya.

Terpisah, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah masih akan bergerak terbatas di kisaran 13.900 per dolar AS pada pekan ini. Menurutnya, rupiah sedang menunggu momentum baru, yakni kepastian rencana kenaikan suku bunga The Federal Reserves.

"Karena beberapa paket kebijakan ekonomi Jokowi tidak serta merta mendorong penguatan rupiah," ucap Ariston.

Pelaku pasar, diakuinya, menunggu realisasi data-data ekonomi Indonesia, seperti pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal III dan IV 2015.

"Jika hasilnya baik, ini akan memberi sentimen positif bagi pergerakan rupiah selanjutnya. Karena sampai akhir tahun, kami perkirakan rupiah bergerak pada rentang 13.400-13.600 per dolar AS," cetus Ariston.

Seperti diketahui, pemerintah sudah merilis paket kebijakan ekonomi dari jilid I-V untuk mendukung dunia usaha. Mulai dari deregulasi, percepatan izin investasi, insentif perpajakan, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar, dan sebagainya.

Paket kebijakan pemerintah juga diikuti kebijakan lain di sektor perbankan, pasar modal, industri jasa keuangan non bank dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Bank Indonesia (BI) dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah. (Fik/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya