Liputan6.com, Jakarta Collective Invention dibintangi Lee Kwang Soo (Park Gu), Lee Chun Hee (Sang Won), dan Park Bo Young (Ju Jin). Film ini masuk seleksi Toronto International Film Festival 2015.
Menurut salah satu pemainnya, Park Bo Young, Collective Invention berbeda dari karya sineas Korea Selatan lainnya karena mengangkat fenomena yang terjadi di masyarakat, khususnya Korea Selatan.
Isu sosial dan budaya yang dikisahkan penulis naskah Kwon Oh-kwang dirasa mengena saat menyaksikan Collective Invention yang menjadi salah satu film andalan di Korea Indonesia Film Festival 2015 (KIFF 2015).
Baca Juga
Advertisement
Awal ceritanya, Lee Chun Hee sebagai Sang Won mengenang kembali masa saat dirinya mulai bekerja sebagai seorang reporter di televisi Korea ABS. Saat itu, Sang Won mendapatkan tugas khusus dari atasannya melacak makluk berkepala ikan yang menjadi sensasi di dunia maya. Keberadaan makhluk berkepala ikan dengan kaki manusia itu masih diragukan kebenarannya.
Setelah menyusuri dari sebuah sumber, mengaku sebagai kekasih makhluk kepala ikan, Sang Won mendapatkan cerita lengkap yang akan mengubah hidupnya. “Makluk ini separuh ikan, tapi juga manusia yang mengubah kehidupan beberapa orang hingga membuat gerakan sosial baru di masyarakat,” pikir Sang Won.
Sang Won pun bertemu dengan Ju Jin (Park Bo Young) di rumahnya, menceritakan jika si makhluk ikan adalah Park Gu (Lee Kwang Soo) yang pernah berhubungan dengannya saat mabuk. Park Gu tentu saja menjadi cibiran hingga di-bully orang sekitarnya karena penampilannya yang tak biasa. Bahkan, Ju Jin "menjual" Park Gu ke sebuah pusat penelitian.
Film dengan genre komedi itu pun bergulir memberikan beberapa kejadian yang di luar dugaan, membuat penonton terhenyak karena kemiripannya terhadap kehidupan masayarakat saat ini. Bahkan, perbuatan baik dan buruk pun makin bias karena tak jelas.
Park Gu dengan kepala ikan dianggap sebagai simbol bagi generasi muda di Korea Selatan yang terkekang dengan hidupnya. “Orang akan menertawakanmu karena melihatmu berbeda,” menjadi pengingat akan kondisi Park Gu.
Generasi muda saat ini tampak seperti robot dengan kegiatannya, belajar menjadi pintar, selanjutnya lulus dengan nilai terbaik, mendapatkan pekerjaan yang bagus. Bahkan, Park Gu yang dalam cerita menjadi objek penelitian setelah dijual oleh Ju Jin juga menggambarkan kondisi mengerikan masyarakat yang menghambakan uang.
Park Gu berhasil menciptakan gesekan di masyarakat dengan kehadirannya. Beberapa dari mereka menjadikan Park Gu sebagai seleb karena dianggap sebagai simbol dan perwakilan dari ketidakadilan.
Sementara, yang lainnya menyebutkan jika Park Gu adalah monster yang aneh. Padahal, Park Gu sendiri beranggapan dua kubu kelompok orang itu yang dianggap sebagai makhluk aneh.
Selain itu, setelah penelitian atas Park Gu berhasil dilakukan, hasilnya akan dijual dengan harga sangat tinggi. Padahal, Park Gu setuju dijadikan objek penelitian karena Dr. Byun (Lee Byung Joon) mengepalai penelitian menyebutkan, sang makhluk kepala ikan bisa dijadikan senjata utama untuk mengurangi kelaparan di muka bumi.
Dr. Byun sempat menolak hasil penelitiannya dijual dengan harga mahal. Namun pemilik perusahaan justru mengatakan, “Jangan salahkan saya. Coba saja, kau bilang dengan pasar yang ditentukan oleh masyarakat. Saya hanya pelaku yang tak bersalah karena kondisi.” Tampaknya gambaran itu sesuai dengan pemikiran Max Weber yang menyebutkan kapitalisme sebagai upaya merebut kehidupan yang indah di dunia dengan “mengumpulkan” harta benda yang banyak (kekayaan) material.
Lebih mengejutkan lagi, ternyata Dr. Byun menjadikan Park Gu sebagai objek penelitian untuk menyembuhkannya. Sayangnya, berbagai obat tak ada yang berhasil diciptakan untuk mengubah Park Gu kembali menjadi manusia biasa. Bahkan, Dr. Byun justru dipenjara karena dianggap lalai oleh perusahaannya bekerja. Itu sedikit sindiran untuk hukum diibaratkan sebagai mata tombak yang runcing ke bawah dan tumpul ke atas. Bahkan, orang yang benar dan tidak bersalah bisa dengan mudah dijebloskan ke penjara dengan adanya kekuatan.
Penderitaan Park Gu, si kepala ikan pun makin parah dengan pemberitaan media yang sempat menyudutkannya. Selain menderita akibat berkepala ikan, Park Gu juga menghadapi pikiran dan tatapan mengerikan orang-orang yang menatapnya dengan sinis akibat berita yang beredar mengenai dirinya. Saya jadi teringat teori dari Marshall McLuhan yang menyebutkan media sebagai sebuah pikiran manusia yang diciptakan untuk memaksakan manusia dikuasai oleh manusia media.
Sebenarnya masih banyak sekali yang bisa dibahas dari film Collective Invention itu. Namun akan lebih baik jika Anda menontonnya terlebih dahulu, menyadari akan kejamnya dunia menurut beberapa orang yang dianggap marginal.* (Des/Ade)