Liputan6.com, Jakarta Kota Labuan Bajo dijuluki sebagai “Gate of Komodo” pintu gerbang komodo. Jadi berada di Labuan Bajo tak lengkap jika tak mengunjungi Pulau Komodo, pulau tempat ribuan kadal raksasa alias komodo tinggal.
Namun rupanya jarak tempuh dari Labuan Bajo ke Pulau Komodo cukup jauh, 5-7 jam perjalanan dengan perahu motor. Oleh sebab itu banyak wisatawan yang urung ke sana dan lebih memilih ke Pulau Rinca. Alasannya selain jarak tempuh yang lebih dekat, juga karena populasi komodo di pulau ini lebih banyak.
Advertisement
Rinca merupakan salah satu pulau di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Selain Rinca terdapat pulau Komodo, Gili Motang dan Padar. Namun hanya Pulau Rinca dan Pulau Komodo yang dibuka untuk wisatawan, dua pulau lainnya dipakai sebagai riset dan penelitian komodo, sehingga tertutup bagi wisatawan.
Untuk mencapai Pulau Rinca dibutuhkan waktu 2 jam perjalanan dengan kapal motor dari pelabuhan Labuan Bajo. Harga sewa kapal motor pun variatif. Satu kapal motor biasa dengan kapasitas 15 orang harga sewanya 2,5 juta. Sedangkan untuk kapal dengan fasilitas air contiditoner dipatok harga 5 juta.
Dua jam tak akan terasa lama karena di sepanjang perjalanan menuju Pulau Rinca, kita bakal disuguhi panorama alam menakjubkan. Gugusan bukit-bukit karang berdiri dengan kokohnya. Bukit-bukit itu tampak seperti pagar yang mengelilingi lautan. Juga pulau-pulau kecil yang tak berpenghuni menjadi pemandangan yang sungguh eksotik.
Selain itu kapal-kapal wisata ukuran kecil hingga besar terlihat hampir di sepanjang hamparan laut. Kapal- kapal yang singgah di pulau atau yang hanya sekadar bersandar di tengah laut menunggu sang pemilik yang sedang diving atau snorkeling. Pemandangan ini membuat perjalanan semakin menarik. Laut yang tenang serta cuaca cerah saat itu membuat kami yang ada di kapal begitu bersemangat mengabadikan momen melalui kamera yang dibawa.
Padang luas dan tandus
Padang luas dan tandus
Sebuah dermaga kecil dengan jembatan kayu setinggi kurang lebih 1,5 meter, dan gapura bertulis Loh Buaya atau Teluk Buaya dengan latar belakang sebuah bukit setinggi kira-kira 8-10 meter menjadi pintu masuk ke Pulau Rinca. Di pintu masuk, kami disambut oleh beberapa petugas yang langsung menghitung jumlah rombongan kami.
Selanjutnya kami menyusuri jalanan kecil hingga bertemu gapura setinggi 3 meter. Saat memasuki kawasan terlihat hamparan padang luas yang dikelilingi bukit-bukit gersang, tandus dan di balut dengan langit biru.
Pemandangan gersang itu tidak lama, karena berikutnya sudah banyak pohon bakau yang menghiasi habitat kadal raksasa ini. Pintu gerbang “selamat datang” hanya beberapa meter dari pintu masuk para komodo sudah menyambut.
Saat tiba di pos Loh Buaya atau Teluk Buaya, para ranger yang sudah menyambut kami sejak awal di pintu gerbang segera memberi pengarahan.
Terdapat trek atau rute yang bisa dipilih oleh wisatawan, dari trek pendek, sedang hingga terpanjang. Masing-masing trek berjarak antara 2-8 km dan memakan waktu sekitar 1-3 jam. Kami memilih trek pendek dengan alasan waktu yang sudah menjelang sore. Dalam menjalani setiap trek wisatawan harus didampingi ranger dan memastikan agar rombongan tidak terpisah, karena para ranger tidak bisa tahu kapan komodo itu muncul. Rombongan kami dikawal oleh 2 ranger, satu memimpin di depan rombongan dan satu ranger lagi menjaga kami dari belakang.
Kala mulai masuk ke kawasan, terlihat lima komodo berada di bawah rumah dan dapur para para penjaga kawasan alias ranger. Mereka berkeliaran di arena ini karena bau makanan yang memancing mereka berkumpul.
Komodo memiliki indra penciuman yang sangat tajam hingga 5 km. Bagi perempuan yang sedang haid tidak diperkenankan untuk masuk ke kawasan ini, karena sangat berbahaya. Komodo sangat peka dengan aroma darah.
Advertisement
Menuju sarang komodo
Menuju sarang komodo
Ranger membawa kami ke sarang komodo. Sarang komodo ini berbentuk lubang dengan kedalaman sekitar 1-2 meter. Di sarang inilah biasanya komodo bertelur.
Untuk menjumpai komodo dengan berbagai ukuran disarankan mengambil trek yang lebih jauh. Namun ranger menjelaskan kalau pun saat itu kami pilih trek yang panjang pun belum tentu akan menjumpai komodo, karena saat itu adalah musim kawin bagi komodo sehingga banyak komodo yang tidak keluar dari sarang. Musim kawin komodo adalah Bulan Juni dan Juli.
Usai melihat komodo, kami mencoba untuk mendaki bukit yang ada di pulau ini. Dari atas bukit terpapar pesona keindahan alam yang begitu memukau. Kumpulan bebatuan, padang ilalang dan savana yang luas serta bukit-bukit yang menjulang sungguh satu perpaduan alam yang sangat indah. Kami tak henti-hentinya mengabadikan keindahan alam pulau ini melalui ponsel dan kamera yang kami bawa.
Senja mulai turun, dan kami harus meninggalkan pulau ini. Perjalanan ini pun semakin lengkap dengan pemandangan sunset alias matahari terbenam yang langsung menyambut setiba kami di dermaga. Sepanjang perjalanan kembali ke Labuan Bajo mata dimanjakan oleh sang surya yang perlahan memasuki peraduannya. Perlahan semua menjadi gelap. Namun tak lama berselang tampak bintang bertaburan menghiasi langit yang gelap, dan cahaya bulan menuntun kapal menuju dermaga Labuan Bajo.
Sungguh sebuah perjalanan yang membawa kepada keagungan Ilahi. (Retno Wulandari)