Liputan6.com, Athena - Jiwa-jiwa kecil berakhir di lautan lepas dalam perjalanan penuh bahaya dari kampung halaman yang tercengkeram konflik menuju 'tanah harapan' di Eropa.
Dua bulan lalu, dunia dikejutkan dengan foto bocah 3 tahun yang terbaring tengkurap di pasir pantai Bodrum Turki. Aylan Kurdi ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Penduduk Bumi pun murka pada mereka yang menyulut perang. Juga pada para pemimpin dunia yang tak mampu mencegah hal memprihatinkan itu terjadi.
Namun, tragedi tak lantas berhenti. Organisasi Internasional untuk Migrasi atau International Organization for Migration (IOM) menyebut sejak tragedi yang menimpa Aylan, sekitar 77 anak meninggal dunia saat menyeberangi Laut Tengah (Mediterania) menuju Eropa.
Baca Juga
Advertisement
Seperti dikutip dari News.com.au, IOM juga menyebut lebih dari 724 ribu pengungsi yang mencari suaka di Eropa telah melintasi laut tersebut dengan 80 persen di antaranya dari Turki ke Yunani. Hingga Jumat,30 Oktober 2015, sudah ada 3.329 yang menjadi korban jiwa.
Potensi kematian para imigran saat menyeberangi lautan kembali jadi sorotan saat sejumlah perahu yang mengangkut para imigran karam pada Jumat kemarin di Laut Aegea.
Sebanyak 31 orang tewas, termasuk setidaknya 17 anak-anak, dalam dua insiden kapal tenggelam di dekat Pulau Kalymnos dan dekat Pulau Rhodes.
Sementara di pulau kecil Agathonisi, jasad bocah kecil yang dinyatakan hilang dalam kecelakaan kapal pada Rabu lalu ditemukan oleh para nelayan.
Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras mengatakan kematian para imigran di Laut Aegea membuatnya malu menjadi bagian dari Uni Eropa.
Ia mengatakan negara-negara Barat yang ikut melakukan intervensi di wilayah konflik, seperti Irak dan Suriah tak bisa lepas tangan atas dampak eksodus massal yang terjadi dari Timur Tengah.
"Saya ingin menyampaikan duka cita atas puluhan kematian dan tragedi kemanusiaan yang terjadi di lautan kita," kata Tsipras di depan parlemen. "Ombak Aegea tak hanya menyapu jasad-jasad pengungsi, bocah-bocah yang tewas, tapi juga peradaban Eropa."
Namun, Tsipras juga tak luput dari kritik. Medecins Sans Frontieres atau Doctors Without Borders mengatakan pemerintah Yunani gagal meningkatkan kondisi di Lesbos. Kondisi di sana, kata para aktivis, 'tak memenuhi standar minimum Eropa'. (Ein/Nil)**