Liputan6.com, Jakarta - Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldy Dhalimi menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin agar atap Istana Negara dipasang panel pembangkit listrik tenaga surya atau solar cell. Hal tersebut diungkapkan dalam rapat antara DEN dengan Jokowi beberapa waktu lalu.
Namun menurut Rinaldy, keinginan Presiden Jokowi agar Istana Negara dilengkapi solar cell tidak berjalan mulus. Pasalnya ada pihak yang khawatir jika bangunan Istana menjadi rusak karena pemasangan perangkat panel tersebut.
"Ada yang khawatir, Istana itu kan bangunan tua, takutnya rusak keasliannya," ujarnya di Jakarta, Sabtu (31/10/2015).
Baca Juga
Advertisement
Meski ada pihak yang keberatan dengan pemasangan solar cell ini, namun dia yakin bawah kekhawatiran tersebut bisa dicari jalan keluarnya. Tentu dengan tidak merusak keaslian dari Istana Negara.
"Tapi menurut saya itu bisa dihindari kalau dipasang dengan estetika yang bagus. Nanti dalam rapat berikutnya akan kami tanyakan lagi pada Pak Jokowi," kata dia.
Menurut Rinaldy, pemasangan solar cell di Istana Negara bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat. Selama ini, sebagian besar masyarakat hanya mengandalkan aliran listrik dari PLN. Padahal, dengan memanfaatkan panel ini, rumah tangga bisa memiliki pembangkit listrik sendiri.
"Tujuannya adalah untuk memberitahu bahwa solar cell di atap bisa menghasilkan listrik. Jadi ada rasa bangga. Ada keinginan mencontohkan pimpinannya untuk menggunakan energi terbarukan," jelasnya.
Selain itu dengan menggunakan panel surya ini, masyarakat sebenarnya bisa melakukan penghematan karena sebagian kebutuhan listriknya dihasilkan dari solar cell.
"Sekarang ini kalau 1 meter persegi itu menghasilkan 100 watt. Itu sekitar Rp 2 juta-Rp 3 juta. Dan sekarang juga sudah dipasang misalnya di lampu-lampu jalan," tandasnya. (Dny/Gdn)