Liputan6.com, Jakarta Desa Wisata Candran, Kebonagung, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar Festival Memedi Sawah 2015, mulai 30 Oktober hingga Minggu. "Festival ini diikuti sebanyak 70 peserta yang terbagi dalam dua kategori, yakni kategori umum ada 30 peserta dan kategori khusus 40 peserta," kata Ketua Panitia Festival Memedi Sawah 2015 Kristiya Bintara di sela penutupan, Minggu.
Menurut dia, festival memedi sawah di salah satu desa wisata yang menawarkan potensi wisata pertanian ini memang rutin digelar setiap tahun untuk menarik minat wisatawan dan penyelenggaraan kali ini merupakan yang kesekian kalinya. Ia mengatakan bahwa peserta festival kategori umum berasal dari seluruh DIY, bahkan tidak hanya kalangan petani yang menampilkan kreativitas unik mereka dari kalangan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Yogyakarta juga turut meramaikan. "Kalau peserta kategori khusus didominasi kelompok tani dan perseorangan dari wilayah Kebonagung dan sekitarnya. Memedi atau orang-orangan sawah yang ditampilkan peserta menarik semua," katanya.
Advertisement
Kristya mengatakan bahwa tidak semua memedi sawah (orang-orangan untuk menakuti burung-burung yang hinggap di lahan pertanian) yang ditampilkan peserta menonjolkan aksesori khas para petani tradisional, seperti topi caping, sebab ada memedi sawah yang didandani dengan aksesori kekinian, misalnya dengan setelan jas berikut dasinya. Menurut dia, memedi sawah dalam sejarahnya dimanfaatkan para petani untuk menjaga tanaman mereka padi dari serangan hama sehingga hama perusak seperti burung tidak datang karena takut dengan memedi sawah yang dipasang di tengah sawah.
"Biasanya petani membuat sejenis patung yang terbuat dari jerami dan dipasang di area pertanian, ada yang didandani dengan pakaian yang sering mereka gunakan. Intinya, untuk menakut-nakuti hama," kata dia. Ia mengatakan bahwa festival memedi sawah di Desa Wisata Candran sudah berjalan sejak 2008. Dari tahun ke tahun, kata dia, selalu ada model baru bentuk memedi sawah sehingga kreativitas ini diharapkan dapat memancing para pemuda untuk tertarik dengan profesi petani.
"Karena petani itu jujur, tidak neko-neko (tidak aneh-aneh) dan selalu bersyukur," katanya. Ia menambahkan bahwa festival itu mendapat dukungan dari Dinas Pariwisata DIY.