Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi deflasi Oktober mencapai 0,08 persen. Penyumbang realiasi tersebut karena menurunnya harga beberapa bahan pangan sampai tarif yang diatur pemerintah.
Kepala BPS, Suryamin mengungkapkan, pada 2015 ini terjadi deflasi dibandingkan lima tahun lalu yang cenderung inflasi. Ada sejumlah faktor membuat terjadinya deflasi pada 2015, yakni bahan makanan 1,06 persen.
Advertisement
"Suplai cukup banyak harga terkendali sehingga harga turun seperti, daging ayam ras, telur ayam ras, sayur-sayuran termasuk cabai rawit, jengkol dan cabai merah," ujar Suryamin, Senin (2/11/2015).
Berikut penyumbang deflasi 0,08 persen di Oktober 2015, antara lain :
1. Cabai merah dengan perubahan harga 26,6 persen karena pasokan melimpah. Andil deflasi 0,13 persen, terjadi penurunan harga di 75 kota IHK dan tertinggi di Bogor sebesar 57 persen
2. Daging ayam ras dengan perubahan harga 54,3 persen dan andil deflasi 0,07 persen. Penurunan harga terjadi karena merosotnya harga di tingkat distributor. Dari 76 kota IHK yang mengalami penurunan harga, tertinggi di Tanjung Pandan 22 persen dan Banda Aceh 19 persen.
3. Cabai rawit dengan perubahan harga 32,64 persen, andil deflasi 0,07 persen. Dari 72 kota IHK yang mengalami penurunan harga, tertinggi di Sumenep 73 persen dan Bogor 70 persen.
4. Telur ayam ras dengan perubahan harga 5,52 persen, andil deflasi 0,04 persen. Penurunan harga di tingkat distributor. Dari 75 kota IHK yang mengalami penurunan harga, tertinggi di Jember 17 persen dan Bogor 15 persen.
5. Tarif listrik dengan perubahan harga 0,31 persen dan andil deflasi 0,01 persen karena sesuai peraturan pemerintah. Terjadi penurunan harga di 80 kota IHK, tertinggi di Pontianak 0,8 persen.
6. Bahan bakar rumah tangga, gas dengan perubahan harga 0,38 persen dan andil deflasi 0,01 persen. Karena turunnya harga elpiji 12 Kg. Terjadi penurunan harga di 54 kota IHK, tertinggi di Lhokseumawe dan Pare-pare.
7. Pertamax dengan perubahan harga 0,18 persen, dan andil deflasi 0,01 persen. Penurunan harga terjadi di 72 kota IHK. Tertinggi di Bandar Lampung dan Tarakan 0,7 persen.
8. Solar dengan perubahan harga 2,26 persen dan andil deflasi 0,004 persen karena ada kebijakan pemerintah menurunkan harga Solar.
9. Jengkol andil inflasinya tidak terlampau besar karena pasokan melimpah.
Sedangkan penghambat deflasi dan penyumbang inflasi, antara lain:
1. Beras dengan perubahan harga 0,76 persen dan andil inflasi 0,03 persen karena sudah berkurang pasokan akibat musim kemarau, gagal panen. Kenaikan harga terjadi di 62 kota, tertinggi di Batam 11 persen dan Bungo 4 persen.
2. Tomat sayur dengan perubahan harga 20,53 persen, andil inflasi 0,03 persen. Karena dipengaruhi faktor cuaca sehingga pasokan berkurang. Kenaikan terjadi di 62 kota IHK, tertinggi di Ternate sampai 165 persen, dan Gorontalo 100 persen.
3. Wortel dengan perubahan harga 18,26 persen, andil inflasi 0,02 persen karena pasokan berkurang. Sebanyak 76 kota IHK mengalami kenaikan harga tertinggi di Jambi dan Gorontalo 63 persen serta Watampone 62 persen.
4. Tomat buah dengan perubahan harga 23,4 persen, dengan andil inflasi 0,02 persen. Dipengaruhi faktor cuaca sehingga pasokan berkurang. Sebanyak 69 kota mengalami kenaikan harga, tertinggi 107 persen di Lhokseumawe dan Pare-pare 87 persen.
5. Bawang merah dengan perubahan harga sebanyak 4,17 persen dengan andil 0,02 persen. Menipisnya stok di sentra produksi. 65 kota IHK mengalami kenaikan harga, tertinggi di Cirebon 31 persen dan Tegal 19 persen.
6. Mie dengan andil inflasi 0,01 persen karena harga bahan baku naik akibat impor dan pelemahan rupiah.
7. Rokok kretek dengan andil inflasi 0,01 persen.
8. Rokok kretek filter dengan andil inflasi 0,01 persen
9. Tarif kontrak rumah dengan andil inflasi 0,01 karena biaya perawatan.
10. Upah tukang bukan mandor andil inflasi 0,01 persen.
11. Harga mobil meningkat tipis memberi andil inflasi 0,01 persen karena penguatan dolar AS. Terjadi kenaikan harga di 19 kota IHK, tertinggi di Tarakan dan di Sampit 5 persen. (Fik/Ahm)