Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian di Jepang menemukan, anak-anak yang tinggal satu atap dengan perokok cenderung memiliki gigi berlubang.
"Anak usia 3 tahun memiliki risiko 50 persen memiliki gigi berlubang dibandingkan anak lainnya yang tidak hidup dengan perokok," ujar peneliti, seperti dikutip Foxnews, Senin (2/11/2015).
Advertisement
Penulis studi, Koji Kawakami dari Kyoto University mengatakan, studi ini diharapkan dapat memberi teguran keras bagi orangtua untuk berhenti merokok. Dan memberi dorongan bagi tenaga kesehatan untuk menjauhkan anak-anak dari perokok.
"Kesadaran akan bahaya asap rokok mungkin meningkat jika dokter menyadari risiko gigi berlubang serta dampak konsumsi tembakau," katanya.
Untuk studi yang dipublikasikan dalam BMJ online ini, Kawakami dan rekannya meneliti data pada hampir 77.000 anak yang lahir antara 2004 dan 2010 di Kobe City, Jepang. Ilmuwan kemudian menilai status merokok di rumah sejak mereka masih bayi serta laporan untuk memeriksakan gigi pada 18 bulan dan 3 tahun.
Secara keseluruhan, 55 persen anak-anak yang tinggal serumah dengan perokok memiliki gig berlubang. Begitupun dengan 7 persen anak lain yang memiliki risiko yang sama saat dekat perokok di sekitarnya.
Pada usia tiga tahun, 14 persen anak-anak di rumah non-perokok memiliki gigi berlubang. Walaupun tidak terpapar langsung, peneliti menemukan 20 persen anak-anak memiliki gigi berlubang walaupun orangtua tidak merokok langsung di hadapannya. Sedangkan saat mereka terpapar langsung, risikonya meningkat sampai 28 persen.
"Anak-anak dari wanita yang merokok selama kehamilan tidak memiliki peningkatan risiko gigi berlubang," ungkap Kawakami. Kendati demikian, Kawakami mengakui salah satu kekurangan dari penelitian ini adalah bergantung pada kejujuran orangtua merokok atau tidak di rumah.
Selain itu, karena penelitian ini adalah observasional, dan tidak secara acak menetapkan kelompok anak-anak untuk hidup dengan atau tanpa perokok, temuan tidak dapat membuktikan kalau paparan asap rokok menyebabkan gigi berlubang.
Di sisi lain, US Surgeon General telah memperingatkan, asap rokok berhubungan dengan peningkatan risiko kerusakan gigi pada anak-anak.
"Studi ini menambah bukti yang menghubungkan bekas asap rokok dengan peningkatan risiko kerusakan gigi pada anak-anak," kata seorang peneliti di bidang kedokteran gigi anak di Boston University, Jonathan Shenkin.
Jonathan mengatakan, kerusakan gigi adalah penyakit kronis yang paling umum terjadi pada anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui mereka dapat melindungi anak-anak dengan berhenti merokok.