Liputan6.com, Guizhou - Kisah mengharukan datang dari seorang bocah berusia 7 tahun dari Guizhou, China. Perjalanan kehidupan masa kecilnya yang harus merawat ayahnya yang menderita kelumpuhan serta ditelantarkan ibunya telah membuat gempar dunia maya Tirai Bambu.
Menurut Youth Daily, Ou Tongming, pekerja buruh berusia 37 tahun dari desa Wangpu, Guizhou terjatuh dari lantai 2 sebuah rumah yang sedang direnovasi Juni 2013 lalu. Dengan segera dan panik istri dan putranya membawanya ke rumah sakit.
Advertisement
Ketika itu, ia didiagnosa patah tulang pada bagian rusuk, vertebra dan cedera sumsum tulang belakang, membuatnya lumpuh dari pinggang ke bawah. Perawatan Tongming menghabiskan keuangan keluarga namun kondisinya tak kunjung membaik-- sejak itu ia tidak pernah beranjak dari ranjang tidurnya.
Dilansir dari Shanghaiist, (31/10/2015), setelah hampir selama satu tahun tanpa kemajuan, istrinya menelantarkan dia dengan membawa putrinya yang masih berisia 3 tahun. Meninggalkan Yanglin untuk mengurus ayahnya.
Yanglin sekarang ini duduk di kelas 1 SD, dalam kesehariannya tidak ada kata bermain-- setiap pagi ia bangun pukul 6, lalu membuat sarapan untuk ayahnya sebelum berangkat sekolah. Lalu, setelah makan siang di sekolah ia bergegas kembali pulang untuk memberi ayahnya makan.
Tak hanya sampai di situ, sepulang sekolah ia sempatkan diri untuk mengumpulkan sampah di sekitar kampus untuk ditukar dengan uang.
"Ayahku butuh obat-obatan, tapi aku tidak punya uang," ungkap Yanglin. Ia mengatakan kepada wartawan bisa mendapatkan hampir 20 yuan atau sekitar Rp 50 ribu setiap harinya dari penjualan sampah.
Setibanya di rumah, Yanglin membantu ayahnya untuk mengoles obat pada bagian belakang. Sejak terkekang dii tempat tidur, ia telah menderita luka karena terlalu lama rebahan-- sementara salah satu luka telah menjadi infeksi, membisul dan menyebar pada ruang panggulnya.
Di samping uang yang didapati atas hasil menjual sampah, Yanglin dan ayahnya hanya bergantung pada dana pemerintah sebesar 300 yuan atau hampir Rp 700 ribu setiap bulannya. Namun sejumlah tetangga sekitar berbaik hati memberikan makanan serta bantuan lainnya jika bisa.
Berniat untuk tidak merepotkan putranya, sudah lebih dari sekali Tongming berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
"Aku sudah bertekad, namun aku tidak tega meninggalkan anakku sendirian," ungkap dia.
"Aku tidak bisa hidup tanpa ayahku," ungkap Yanglin kepada wartawan. Dan pada kesempatan itu ia juga menambahkan keinginannya untuk cepat dewasa agar bisa mencari uang untuk mengobati ayahnya. (Rcy/Ado)