Liputan6.com, Jakarta - Populasi sepeda motor yang jauh lebih banyak ketimbang mobil membuat antrean di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) sering kali terlihat mengular. Antrean panjang ini kadang disikapi kurang baik oleh para pemotor.
Ada yang kurang sabar sehingga kerap mengklakson, adapula yang berteriak agar operator mempercepat kinerjanya. Hal ini cukup dimaklumi terutama saat antrean panjang terjadi di siang hari yang panas. Karena terpapar sinar matahari yang menyengat, emosi pun jadi gampang tersulut.
Menanggapi fenomena ini Awan Raharjo Senior Sales Executive PT Pertamina (Persero) wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan mengatakan, pihaknya masih mencari solusi jitu untuk menangani problema ini.
"Ini memang dilematis, tetapi kami terus memperbaiki pembagian jalur ini agar lebih optimal lagi. Sampai saat ini kami terus mencari formula-formula terbaik," jelasnya.
Ia menerangkan, dulu sebelum ada pembagian jalur, banyak pengguna mobil yang melayangkan surat keluhan ke pusat pengaduan Pertamina. Oleh karena itu, untuk mensiasatinya maka jalur mobil dan motor dipisah.
"Dulu kami mendapat banyak komplain dari pemobil karena lagi antri tiba-tiba diselak motor. Keluhan ini banyak masuk ke contact center 500000 oleh karena itu kami pisahkan jalurnya,"
"Lalu giliran keluhan masuk lagi dari pemotor, mereka bilang kenapa tidak boleh isi di tempat mobil sementara antrian motor panjang dan mobil kosong. Kasus ini memang dilematis," paparnya.
Kini Pertamina menginstruksikan agar SPBU membuka jalur khusus motor pada saat-saat tertentu supaya antrean motor tidak panjang.
"Di saat jam-jam ramai seperti jam berangkat dan pulang kerja, biasanya mereka akan tambahkan jalurnya," tutup Awan.
(ian/gst)
Advertisement