3 Insiden Menegangkan Sejak Go-Jek Mengaspal di Jakarta

Sejak mengaspal pada 2010, Go-Jek mendapatkan hal yang menegangkan.

oleh Muhammad Ali diperbarui 03 Nov 2015, 17:53 WIB
Go-jek (Foto:www.go-jek.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kabar akan adanya aksi unjuk rasa pengemudi Go-Jek di kantornya, Kemang, Jakarta Selatan, ternyata isapan jempol belaka. Hingga kini, aksi itu tak terjadi.

Melihat dari perjalanannya, pelayanan tranportasi online tersebut tak berjalan mulus. Sejak diluncurkan pada 2010, Go-Jek mendapatkan sejumlah hambatan.

Hal pertama yang dihadapi saat mengaspal di Jakarta, driver Go-Jek mendapatkan intimidasi dari para pengemudi ojek pangkalan. Mereka tak segan melukai bahkan melarang para pengemudi Go-Jek melintasi wilayahnya.

Masalah itu pun sempat mendapatkan perhatian dari sejumlah pihak. Bahkan Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian pun angkat bicara.

Berikut ini 3 fakta menegangkan sejak Go-Jek mengaspal di Jakarta:

1. Seteru Ojek Pangkalan

Kehadiran Go-Jek menuai sikap antipati dari para pengemudi ojek pangkalan di sejumlah wilayah Jakarta. Salah satunya terlihat di daerah Utan Kayu, Jakarta Timur.

Tak cuma di Utan Kayu, sikap antipati pengemudi ojek pangkalan terhadap driver GO-JEK terjadi di banyak wilayah. (Audrey Santoso/Liputan6.com)

Mereka memampangkan spanduk penolakan di pangkalannya. Para pengemudi ojek pangkalan itu menilai kehadiran Go-Jek menggerus pendapatan mereka.

"Habis, kita sepi. Semua penumpang kita 'dimakanin' (diambil) oleh Go-Jek," kata seorang pengemudi ojek pangkalan, Doger ketika berbincang dengan Liputan6.com di Utan Kayu, Jakarta Timur, Rabu (8/7/2015).

"Kita biasanya sehari dapat Rp 200 ribu, sekarang boro-boro. Rp 70 (ribu), Rp 80 (ribu) gitu-gitu aja setiap hari. Kan keluarga juga butuh makan," cetus dia.

Penolakan itu juga kerap diiringi intimidasi. Pengemudi Go-Jek wanita bernama Istiqomah misalnya. Dia mengaku mendapatkan kekerasan fisik dari pengemudi ojek pangkalan di Mampang, Jakarta Selatan.

Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian langsung turun tangan. Dia menyatakan akan menindak tegas pelaku kekerasan.

"Saya sudah perintahkan kapolres untuk sosialisasi. Jangan sampai ada yang melakukan aksi anarkis. Kalau terjadi kekerasan atau anarkisme, maka kita pidanakan. Kita tangkap dan kita proses," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat 7 Agustus 2015.

Tito juga menginstruksikan anggota di lapangan untuk melindungi pengemudi Go-Jek, selama masih ada potensi gesekan dengan pengemudi ojek pangkalan.


Diteror

2. Diteror

Kantor Go-Jek di Kemang Selatan, Jaksel, ditembak 2 orang tak dikenal. Saat beraksi, pelaku berboncengan menggunakan sepeda motor.

"Pelaku berhenti di pinggir jalan depan kantor Go-Jek tersebut, lalu manggut-manggutkan kepala kepada satpam. Mereka langsung mengeluarkan senjata pendek dan menembakkan ke arah kantor sampai kacanya pecah berantakan," ujar Kasubbag Humas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Aswin kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu 1 November 2015.

Sejumlah petugas kepolisian saat berada di depan kantor Go-Jek pasca terjadi penembakan sekitar pukul 13.00 WIB, Jakarta, Minggu (1/11/2015). Polisi memastikan benda yang ditemukan bukanlah proyektil peluru senjata api. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Polisi bergerak cepat dengan menggelar olah TKP. Sejumlah barang bukti yang diduga proyektil diamankan untuk diperiksa di laboratorium. Setelah dilakukan penyelidikan, benda yang diduga sebagai proyektil itu ternyata hanya kepala obeng.

Kemudian polisi menyebut peristiwa ini bukan penembakan melainkan hanya pelemparan. Hal itu berdasarkan hasil rekaman CCTV di sekitar lokasi.

"Bukan penembakan tapi pelemparan. Ada CCTV yang terpasang di salah satu ruko di seberang kantor (Go-Jek)," ujar Krishna Murti kepada Liputan6.com ketika dihubungi, Senin 2 November 2015.


Pengemudi Mogok

3. Pengemudi Mogok

Yang teranyar tentang Go-Jek terkait kebijakan manajeman yang akan memangkas tarif dan bonus bagi Para pengemudinya.

Tarif jarak per kilometer yang sebelumnya didapat pengemudi Go-Jek adalah Rp 4.000 kini diubah menjadi Rp 3.000 per kilometer per 2 November 2015. Sementara bonus Rp 50.000 per hari yang sebelumnya didapat pengemudi dari mengumpulkan 5 poin kini bisa didapat jika mengumpulkan 8 poin per hari.

Keputusan yang dinilai sepihak itu membuat para pengemudi tegang dan berencana melakukan unjuk rasa. Namun tidak ada satupun driver Go-Jek yang berunjuk rasa, bahkan kondisi kantor terlihat normal.

Kantor Go-Jek sepi pendemo

Pantauan Liputan6.com, Selasa (3/11/2015), tak ada aktivitas demo di kantor Go-Jek. Tak ada sekelompok massa Go-Jek selayaknya akan berunjuk rasa. "Kita pastikan tidak ada demo. Itu hanya kabar di media sosial saja," kata Kapolsek Mampang Prapatan Kompol Priyo Utomo di kantor Go-Jek, Selasa (3/11/2015).

Ajakan aksi diakui seorang driver Go-Jek, Hasan. Ada pesan berupa voice note melalui group Whats App di kalangan driver. Pesan ini meminta semua driver ikut aksi dengan mematikan ponsel selama sehari.

Bunyi pesan tersebut meminta rekan-rekan driver Go-Jek agar ikut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Berikut pesan suara itu:

"Rekan-rekan driver diminta partispasinya dan saya minta pula kekompakanya, solidaritas demi kemajuan kita bersama. Mulai besok seharian full HP Go-Jek dimatikan. Kita merapat di lapangan. Demi kepentingan bersama. Saya harap rekan-rekan driver mengerti situasi ini. Mari kita tunjukkan kekompakan kita. Kita ujung tombak. Jangan sampai ditombaki oleh PT Go-Jek. Mulai besok kita matikan HP secara serentak," ucap seorang pria dalam voice note itu.

Pesan itu didapat Hasan kemarin. Sampai saat ini dia memutuskan untuk tidak ikut aksi itu. Dia menilai banyak konsekuensi yang didapat bila memutuskan untuk mogok. Bahkan, menurut Hasan, banyak teman-teman seprofesinya yang memilih untuk tidak mengikuti seruan matikan handphone itu.

"Kalau kita mogok, semua penumpang kan bisa pindah ke ojek lain. Kita juga yang rugi. Saya rasa manajemen sudah cukup adil dan memikirkan semua driver," tutup Hasan. (Ali/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya