Bola Api Hijau di Langit Bangkok, Meteor atau Pertanda Buruk?

Bola api raksasa muncul di langit Bangkok pada Senin 2 November 2015. Diduga kuat adalah meteor, namun tak semua berpendapat seperti itu.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 04 Nov 2015, 13:29 WIB
Bola api menghijaukan langit Bangkok, Thailand (The Nation)

Liputan6.com, Bangkok - Senin 2 November 2015 di Bangkok, Thailand. Jalanan mulai lengang kala jarum jam menunjuk pukul 21.00 waktu setempat. Tiba-tiba, kilatan cahaya menyeruak di kegelapan. Bola api turun dari angkasa, membuat langit malam -- untuk sesaat -- berwarna kehijauan.

Penampakannya bisa terlihat dengan mata telanjang di sejumlah wilayah Negeri Gajah Putih. Fenomena ini tentu membuat orang-orang terkejut orang-orang yang menyaksikannya.

Penampakan cahaya tersebut terekam sejumlah kamera di dashboard mobil para pengendara. Besar kemungkinan bahwa itu adalah meteor yang jatuh di Bumi.

"Aku baru menyaksikan apa yang kelihatannya seperti meteor jatuh di langit Bangkok. Terlihat sangat dekat dengan Bumi. Membuatku tak bisa berkata-kata," kata saksi mata, James Duffy dalam akun Twitternya, seperti Liputan6.com kutip dari situs CBC, Rabu (4/11/2015).

 



Boonrucksar Soonthornthum, direktur eksekutif National Astronomical Research Institute of Thailand (Narit) atau institut penelitian astronomi Thailand mengatakan, diduga kuat fragmen pecahan meteor atau meteorit jatuh ke permukaan Bumi.

"Kami akan menemukan dan mengumpulkannya untuk studi lebih lanjut," kata Boonrucksar, seperti dikutip Asia One.

Meski pecahan meteor mungkin jatuh ke permukaan Bumi, Boonrucksar percaya itu tak akan mengakibatkan hal serius pada manusia atau hewan. "Dampak yang terjadi kemungkinan kecil, sebagai akibat dari ledakan sonik yang menyertainya.

Baca Juga


Boonrucksar yakin meteor tersebut mengandung kromium atau magnesium -- yang membuatnya terlihat seperti bola api hijau. Ia menambahkan, batu angkasa tersebut bisa jadi meledak pada ketinggian 60 - 100 kilometer dari permukaan Bumi.

"Itu adalah bola api hijau pertama yang terlihat di sini," tambah dia.

Sementara itu, Worawit Tanwuthibandit, ahli astronomi sekaligus penasihat observatorium di Provinsi Chachoengsao mengatakan, asteroid baru menjadi ancaman bagi manusia jika ukurannya besar.

Batu angkasa terakhir yang melintas dekat Bumi adalah Asteroid 2015 TB145 pada 31 Oktober 2015. Jarak dengan planet manusia masih sekitar 499 ribu km. "Yang diameternya 280 meter dan bergerak dalam kecepatan 126 ribu km/jam," kata dia.

Pendapat bahwa bola api hijau di langit Bangkok adalah meteor senada dengan pernyataan American Meteor Society. Menurut mereka, 2015 adalah tahun terjadinya hujan meteor Taurid yang puncaknya pada 29 Oktober sampai 10 November 2015.

Namun, tak semua hujan meteor Taurid bisa dipantau mata telanjang.

Tak mesti bola api yang turun dari langit berasal dari hujan meteor Taurid -- yang berasal dari pecahan Komet 2P/Encke.


Pertanda Buruk

Pertanda Buruk

Tak semua menganggap jatuhnya bola api dari langit adalah fenomena langit belaka.

Seperti dikutip dari Coconuts Bangkok, sejumlah peramal terkenal di Negeri Gajah Putih menyebutnya sebagai 'pertanda'.

 

Bola api menghijaukan langit Bangkok, Thailand (Russia Today)


Salah satunya pria berjuluk 'Nostradamus-nya Thailand', Sorajja Nualyoo. Ia menyebut, bola api itu sebagai pertanda buruk. Sinyal bencana alam atau konflik -- yang belakangan kerap terjadi di sana.

Sorajja mengatakan, 'bintang jatuh' itu bisa membawa nasib buruk. Ia menyarankan semua orang untuk tetap tenang dan berhati-hati terkait konflik politik dan terus berbuat kebajikan.

Meteor juga pernah jatuh di langit Bangkok pada September 2015. Pada pagi hari pukul 08.40 waktu setempat, kala langit berwarna biru cerah.

 

Meteor juga pernah jatuh di Bangkok pada September 2015 (ABC News)

 

Para ilmuwan menerangkan bahwa itu adalah fenomena langit. Namun, di negara yang kental dengan mitos itu, sejumlah orang menganggapnya sebagai pertanda buruk.

"Itu adalah pertanda buruk bahwa negara dan pemerintah dalam kondisi kacau," kata pengguna Facebook Dilok Jantaradilok. (Ein/Tnt)*

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya