JK Sebut Macet Jakarta Adalah Rahmat untuk Pengusaha

Kemacetan Jakarta jangan dipandang dari sisi negatif, tetapi perlu dipandang sebagai kesempatan berbisnis.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 04 Nov 2015, 15:43 WIB
Wapres Jusuf Kalla bersama Menlu Retno Marsudi saat pembukaan Kongres ke-3 Diaspora Indonesia di Jakarta, Rabu (12/8). Kongres yang berlangsung selama 12-14 Agustus 2014 tersebut mengusung tema "Diaspora Bakti Bangsa". (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kemacetan yang sudah menjadi makanan sehari-hari di Jakarta dan seringnya mati lampu di daerah terpencil Indonesia jangan dipandang dari sisi negatif, melainkan perlu dipandang sebagai kesempatan berbisnis.

Hal itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam Infrastructure Week 2015 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (4/11/2015).

"Katanya Jakarta bahaya suka macet. Kemacetan itu tanda rahmat untuk pengusaha. Kalau tidak macet, kita tidak butuh jalan tol. Karena macet makanya butuh bikin jalan tol dan lain-lain. Kalian jadi ada kerjaan, kan, kalau begitu," kata JK, Rabu (4/11/2015).

"Begitu pun mati lampu. Jangan lihat kesulitannya, tapi lihat kesempatannya. Masih butuh banyak listrik di Indonesia, pergi ke PLN minta bangun listrik. Jadi lihatlah kesempatannya," kata dia.

‎JK juga menyampaikan bisnis di bidang infrastruktur tidak akan mati. Dari waktu ke waktu, kebutuhan akan infrastruktur terus berkembang dan tak ada habisnya.

Ia mencontohkan dulu masyarakat sudah puas dengan naik kereta Jakarta-Bandung. Kini masyarakat tidak hanya ingin sekadar naik kereta, tapi butuh kecepatan dengan jarak tempuh sekitar 30 menit.

"Bisnis infrastruktur akan selalu berkembang, tak akan pernah mati. Jangan harap orang bisa puas begitu saja kepada infrastruktur yang ada," ujar JK.

Ia menjelaskan Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kebutuhan infrastruktur lebih banyak dibanding negara daratan.

"Para tamu-tamu kita tentu sangat mengetahui penduduk Indonesia sangat berkembang serta terdiri atas ribuan pulau. Tentu kebutuhannya jauh lebih banyak dibanding Singapura, Malaysia, Filipina, dan‎ lain-lain," kata JK.‎

JK juga membandingkan peluang bisnis infrastruktur Indonesia dengan Malaysia. ‎Di Negeri Jiran itu jumlah penduduknya hanya 25 juta, sementara penduduk Indonesia mencapai 250 juta.

"Berarti nanti kebutuhan kita 10 kali lipat kebutuhan Malaysia. Jangan lupa infrastruktur negara kepulauan jauh lebih banyak dibanding negara daratan," kata dia. (Alvin/Zul)**

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya