Liputan6.com, Jakarta Jika remaja lain memilih menghabiskan waktu untuk bermain selain belajar, Yasa Singgih (20) saat usia 15 tahun sudah berusaha kecil-kecilan berjualan pakaian.
Ketika usianya bertambah, semangatnya menjadi pengusaha juga ikut bertambah. Pada 2012 lalu ia berani mendirikan sebuah usaha yang menjual produk fesyen pria berlabel Men's Republic. Tahun 2013 usahanya berkembang pesat, kini omset 100-150 juta per bulan. Ia mengaku, mimpi besar dan `rasa sakit` di masa lalu jadi modal keberaniannya.
Advertisement
"Banyak orang yang tidak menjalani semangat di dalamnya hidupnya menurut saya itu karena dua hal. Pertama, ia tidak punya impian besar atau dia tidak punya `rasa sakit` agar dia jadi maju," terang Yasa saat tim Liputan6.com berkunjung ke rumahnya di Jakarta Selatan pada Rabu (4/11/2015).
Berbicara mimpi besar di bidang usaha, Yasa sudah punya visi akan hal tersebut. Ia sudah punya bayangan akan menjadi apa dirinya dan usahanya dalam waktu dekat, 20, 30, hingg 40 tahun ke depan. Cita-citanya, usaha ini tak sekadar level Usaha Kecil Menengah (UKM) melainkan usaha yang lebih besar yang akan mengantarnya jadi konglomerat. Bukan tanpa alasan ia mengungkapkan hal ini.
Ia mempercayai bahwa impian tak boleh setengah-setengah. Jangan kecil tapi besar. Kalau impian kita besar, impian kecil akan tercapai.
"Analoginya kalau kita buang air kecil, tidak akan buang besar. Tapi kalau buang air besar, sekalian bisa buang air kecil juga," tutur pria kelahiran 23 April 1995 sambil tertawa.
Lalu, Yasa sempat mengalami `sakit hati` saat sang ayah sakit jantung beberapa tahun lalu. Pada saat itu, kondisi keuangan keluarganya terasa kurang untuk pengobatan ayah serta biaya sekolahnya dan kakak-kakaknya. Hal tersebut memacunya berusaha mencari tambahan penghasilan dengan berjualan menjadi pengusaha.
"Tak ada istilah terlalu muda untuk jadi pengusaha. Never too young to become a billionaire," ucapnya mantap.