Stok Cukup, Pemerintah Tidak Buru-buru Impor Beras

Indonesia tidak akan buru-buru impor beras karena akan melihat ketersediaan beras dalam negeri cukup.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Nov 2015, 16:26 WIB
Menko bidang Perekonomian Darmin Nasution memberikan keterangan pers terkait kebijakan ekonomi tahap II, Jakarta, Selasa (29/9/2015). Paket kebijakan tahap dua difokuskan pada industri, keuangan dan ekspor. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, Indonesia tidak akan buru-buru impor beras karena akan melihat ketersediaan beras dalam negeri yang saat ini hingga akhir tahun cadangan beras sudah tidak terlalu mengkhawatirkan.

Damin mengatakan, pemerintah memang berkomitmen untuk mengimpor beras dari Vietnam. Namun, impor dilakukan atau tidak tergantung musim kering apakah terus berlanjut atau hujan sudah mulai datang. Sementara impor dari Thailand akan dibatalkan karena cadangan beras negara tersebut sudah menipis.

"Untuk hingga akhir tahun, ini sudah ada jatahnya. Kita komitmennya dengan Vietnam. Dengan Thailand tidak karena berasnya sudah sangat tipis, tapi mungkin untuk akhir tahun ini kita sudah relatif tidak kurang dan enggak mengkhawatirkan lagi. Nanti kita lihat musim kering ini akan berlanjut atau sudah masuk musim penghujan," kata Menko Darmin, Senin (9/11/2015).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2 November 2015 mengumumkan Angka Ramalan-II (ARAM-II) tahun 2015 produksi padi 74,99 juta ton gabah kering giling (GKG). ARAM-II dapat menggambarkan kondisi panen dan produksi yang mencerminkan pasokan beras.

Berdasarkan data ARAM-II 2015 setelah dikurangi 7,3 persen gabah untuk penggunaan lain dan susut, diperoleh 69,52 juta ton gabah siap diolah menjadi beras. Selanjutnya, dengan menggunakan konversi gabah ke beras 62,74 persen, diperoleh produksi beras 43,61 juta ton.

Darmin menjelaskan, jika sudah masuk musim penghujan, berarti musim tanam tidak bergeser karena musim tanam petani memang seharusnya November dan hasilnya akan dipanen untuk memenuhi kebutuhan Januari-Maret tahun depan.

"Kalau masih akan terjadi kekeringan agak panjang, itu berarti musim tanam bergeser. Kalau bergeser akan membuat kebutuhan kurang dan enggak bisa dipenuhi karena panen bergeser," ujar Darmin.

Pasokan Beras Tahun 2015 Lebih Baik


Pasokan Beras Tahun 2015 Lebih Baik

Produksi beras 2015 ini lebih tinggi dari tahun 2014 sebesar 41,20 juta ini menunjukkan kondisi pasokan beras lebih baik dari tahun sebelumnya.

Besarnya konsumsi besar dengan menggunakan standar konsumsi 124,89 kg per kapita per tahun dan penduduk tahun 2015 sebanyak 255,46 juta jiwa diperoleh kebutuhan konsumsi beras 31,90 juta ton dan kebutuhan beras untuk penggunaan non pangan sebesar 1,45 juta ton.

Dari perhitungan ini diketahui pasokan beras 43,61 juta ton, sementara konsumsi pangan dan non pangan 33,35 juta ton, sehingga terdapat selisih lebih 10,25 juta ton.

Darmin mengatakan, rencana impor beras masih menunggu siklus pergantian musim. Menurut Darmin, jika musim kemarau berakhir, impor beras yang berasal dari Vietnam tidak akan dibawa masuk ke Indonesia.

"Kalau dari Vietnam kita lihat saja, apakah perlu dibawa masuk. Kalau tidak perlu ya enggak dibawa masuk, jangan pernah khawatir, itu (impor beras) belum masuk barangnya," pungkasnya.

Guna mencukupi stok dan cadangan pangan nasional, Bulog menyerap beras petani pada saat musim panen dan di lokasi sentra padi yang tepat. Idealnya Bulog menyerap beras petani 12 persen dari kebutuhan konsumsi atau sekitar 3,5 juta ton dan stock pada akhir tahun sekitar 1,5 juta ton.

Bila stok dan cadangan pangan pada Bulog mencukupi maka tidak diperlukan impor beras. Keterlambatan Bulog menyerap beras petani akan berakibat rendahnya cadangan pangan nasional.

(Adv)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya