Apakah Anda Pernah Bermimpi Bisa Mendeteksi Kebohongan?

Semua orang bisa menemui kemungkinan dibohongi atau bahkan prasangka dibohongi namun sebenarnya belum tentu demikian.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Nov 2015, 20:15 WIB
Semua orang bisa menemui kemungkinan dibohongi atau bahkan prasangka dibohongi namun sebenarnya belum tentu demikian.

Liputan6.com, Jakarta Ingatkah Anda masa-masa di mana Anda merasa telah dibohongi namun belum bisa membuktikannya? Atau masa di mana Anda mengalami keraguan apakah orang lain berkata jujur atau tidak? Berdasarkan hasil riset di Amerika Serikat yang dikutip oleh yolkrecruitment.com, sebanyak 60 persen pelamar kerja berbohong saat proses wawancara. Faktanya setiap orang bisa berbohong baik itu atasan, bawahan, teman dekat, pasangan, anak hingga Asisten Rumah Tangga (ART). Aplikasi Praktis Analisis Tulisan Tangan dan Ilmu Deteksi Kebohongan bisa membantu Anda untuk menjawab semuanya itu.

Apa sebenarnya yang dapat kita lakukan dengan situasi ini? Seorang Pakar Grafologi, Deborah Dewi mengungkapkan, “Semua orang bisa menemui kemungkinan dibohongi atau bahkan prasangka dibohongi namun sebenarnya belum tentu demikian. Kejadian tersebut dapat dicegah jika Anda dapat membedakan mana peristiwa bohong yang benar-benar terjadi dan mana yang hanya praduga semata.”

“Kejujuran maupun kebohongan seseorang dapat diketahui melalui hasil analisa tulisan tangan orang tersebut. Apakah karakter aslinya selaras dengan karakter yang dia tampilkan? Apakah seorang ART yang mengaku cinta anak-anak memang benar demikian adanya? Tulisan tangan sendiri adalah hasil interaksi dari banyak struktur dan sirkuit di otak, itulah mengapa jika tidak memiliki tangan, seseorang masih bisa menulis dengan kaki, mulut atau bahkan anggota tubuh lainnya. Karena semua digerakkan oleh otak, maka tulisan tangan bisa dianalisa untuk melihat kepribadian penulisnya,” tambah Deborah.

Proses analisa untuk deteksi kebohongan disempurnakan secara spesifik dengan ilmu deteksi kebohongan yang mencakup forensic interview dan behavior analysis misalnya analisa facial micro expression.

Seperti yang diungkapkan Pakar Deteksi Kebohongan, Handoko Gani, MBA, BAII, “Dalam setiap percakapan dengan orang lain, tidak ada tanda pasti bahwa seseorang tersebut berbohong. Padahal selama ini, pemahaman umum yang beredar adalah mata yang tidak eye-contact ketika berbicara, tangan yang menggaruk-garuk maupun suara yang gugup diyakini sebagai tanda berbohong.”

Menurutnya semua orang bisa memperkaya diri untuk mempelajari cara deteksi bohong dengan cara memodifikasi pertanyaan-pertanyaan dan cara ngobrolnya (interview) agar bisa optimal menggali informasi sejujur-jujurnya. Cara ini efektif untuk membantu agar Anda tidak mudah dibohongi.

Dalam waktu dekat, para karyawan, para profesional, praktisi HRD, para orangtua, serta pebisnis startup berkesempatan untuk berkenalan dengan kombinasi aplikasi praktis ilmu Grafologi oleh Deborah Dewi (Handwriting Analyst) dan ilmu Deteksi Kebohongan oleh Handoko Gani (Human Lie Detector), agar terbebas dari rasa takut dibohongi di masa mendatang. Aplikasi praktis ini dipaparkan melalui Festival Bohong Indonesia (FBI) 2015, sebuah wadah belajar agar Anda tidak mudah dibohongi.

FBI 2015 akan digelar pada bulan November 2015 tepatnya mulai 7 – 21 November dan dikemas dalam bentuk edutainment berupa film dan rangkaian live drama performance (sketsa panggung) yang terdiri dari lima topik yakni rekrutmen untuk start-up, kesetiaan, teamwork, anak dan ART, ngantor vs usaha sendiri. Informasi terkini mengenai gelaran ini bisa didapat melalui twitter @FestivalBOHONG dengan tagar #FBI2015 dan facebook page Festival Bohong, serta twitter dan situs pribadi Deborah Dewi dan Handoko Gani di @deborahdewi: http://www.deborahdewi.com dan @LieDetectorID: http://www.handokogani.com.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya