Liputan6.com, Jakarta World Lung Foundation (WLF), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Smoke Free Agen (SFA) baru saja menyelenggarakan sebuah acara tentang keberanian para korban rokok yang berbagi kisah mereka karena harus menderita sebuah penyakit usai menjadi perokok pasif. Acara yang merupakan kampanye anti rokok bertajuk #SuaraTanpaRokok, dihadiri sejumlah kalangan.
"Kagiatan ini semacam memberi realita soal bahaya rokok dan buktinya. Kami pernah melakukan audiensi dengan DPR agar membuat regulasi tentang ruang gerak perokok dan batasannya," kata Zainudin, korban paparan rokok yang kehilangan pita suaranya.
Advertisement
Zainudin divonis menderita kanker pita suara akibat menjadi perokok pasif pada 1995. Kini, pria 42 tahun tersebut harus menerima kenyataan kalau lehernya dilubangi agar alat bantu pernafasan yang terpasang bisa menolongnya saat beraktivitas sehari-hari.
Selain Zainudin, penyanyi sekaligus mantan politikus Partai Demokrat, Theresia Pardede atau Tere, ikut berbagi cerita soal pengalamannya hidup di lingkungan perokok. Acara ditutup dengan penampilan akustik Tere bersama band-nya, Sisterhoodgigs Movement.
"Saat itu dokter bertanya apakah di lingkungan keluarga yang perokok? Ayah saya langsung mengakui. Saat itu saya divonis kanker, di umur 23 tahun," kata Zainudin. Dia kini menjadi salah satu pengajar terapi wicara di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
Puncak ampanye anti rokok #SuaraTanpaRokok ini adalah pameran foto cerita yang dibuat oleh mahasiswa UNJ dengan kolaborasi dari para korban rokok. Pameran ini dibuka untuk umum di Gedung Dewi Sartika UNJ, hingga 20 November 2015.