Liputan6.com, Laut China Selatan - Tensi di Laut China Selatan yang kian meningkat, tak selalu serius. Terkadang menimbulkan kekonyolan antara prajurit AS dan China di tengah laut. Tak hanya basa-basi ala militer, namun juga hal yang ramah.
Pada saat kapal penghancur USS Lassen mendekati pulau buatan China minggu lalu, prajurit patroli Tiongkok segera menanyakan maksud tujuan AS.
Advertisement
"Hei, kalian ada di perairan China. Maksud tujuanmu apa?" adalah kalimat yang Tionhkok pertama kali tanyakan, kata Komandan USS Lassen, Robert Francis seperti dikutip dari The Guardian, Kamis 5 November 2015.
Kru Francis menjawab bahwa mereka beroperasi sesuai dengan hukum internasional dan bermaksud transit di pulau tersebut.
"Mereka lalu menjawab, 'ah jawaban yang sama, itu-itu saja,'" kata Fracis di kapal pengangkut USS Theodore Roosevelt yang sedang berlayar ke arah kepulauan buatan Spartly yang dalam 2 tahun belakangan terjadi tensi tinggi.
Kapal penghancur Lessen bergabung Theodore Roosevelt. Beijing merasa tersinggung dengan bergabungnya Lessen berpatroli di wilayah China Selatan.
Negara Tirai Bambu itu menuduh Amerika Serikat menantang mereka. China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan yang strategis. Vietnam, Malaysia, Brunei dan Filipina serta Taiwan juga mengklaim wilayah itu.
Rutin yang dimaksud oleh operator China, menuurut Francis, kapal Lessen telah melakukan 50 kali 'interaksi' dengan China.
"Tiap hari kapal AS ke dekat perbatasan dan izin transit, berkali-kali pula kami berinteraksi dengan China," kata Francis.
Kapal penghancur Tiongkok juga telah membayangi Lessen selama patroli berlangsung. Membuat suasana kedua awak tegang.
Namun, tak semuanya interaksi AS dan Tiongkok berlangsung dengan tensi tinggi.
"Beberapa minggu lalu, kami berbicara dengan salah satu kapal China yang membuntuti kami. Kami angkat telepon dan berkata, 'hei, apa yang kalian lakukan Sabtu ini? Oh iya, kami punya pizza dan sayap ayam loh. Kalian makan apa? Oh, kami juga mau rayakan Halloween."', terang Francis.
Tujuannya, kata Francis, "Untuk menunjukkan kepada mereka, .. kita ini pelaut yang normal. Sama seperti mereka, punya keluarga, mereka pasti juga punya."
"Mereka merespon dalam bahasa Inggris tentang dari mana mereka berasal, keluarga mereka dan tempat-tempat yang mereka pernah kunjungi," ujar Francis.
Setelah 'tawaran pizza dan sayap ayam', penguntit pun menghentikan aksinya.
"Mereka ramah sepanjang hari sejak saat itu. Bahkan saat transit di Pulau Spratly," terang Francis.
"Lalu, saat mereka meninggalkan kami, mereka bilang, 'Hei, kami tidak akan bersama kalian lagi. Selamat menikmati perjalanan. Sampai berjumpa lagi,'" gelak Francis.
Adapun untuk Francis dan 300 kru pelautnya, mereka sempat terpengaruh dengan intensnya peliputan media. Sampai-sampai ibu Francis yang mendengar dan membaca berita mengenai Laut China Selatan, menelpon dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi di situ.
"Ah, hari yang sama di Laut China Selatan. Semua bersikap profesional," ujarnya sambil tersenyum. (Rie/Ein)