Ejakulasi Dini Bukanlah Penyakit

Ejakulasi dini termasuk disfungsi seksual wanita tidak seharusnya dikategorikan sebagai sebuah penyakit.

oleh Liputan6 diperbarui 06 Nov 2015, 21:30 WIB
Pria yang mengalami ejakulasi dini akan melakukan berbagai cara agar mencegahnya. Salah satu yang bica dicoba dengan pilihan posisi bercinta

Liputan6.com, Jakarta Ejakulasi dini termasuk disfungsi seksual wanita tidak seharusnya dikategorikan sebagai sebuah penyakit, menurut argumen peneliti. Mereka kemudian menambahkan bahwa faktor penyakit kemungkinan dibuat oleh pakar obat seksual dibawah pengaruh perusahaan obat.

"Penting untuk mengetahui bahwa pada ejakulasi dini, fisiologi ejakulasi dan orgasme tidak terganggu. Dan ini adalah hal yang normal terjadi pada remaja pria, terutama mereka yang baru pertama kali berhubungan seksual,” ujar Dr. Vincenzo Puppo, salah satu penulis makalah yang diterbitkan oleh jurnal Clinical Anatomy, yang dilansir dari Times of India, Jumat, 6/11/2015.

"Anak remaja dan pria dewasa bisa belajar memahani repson seksual mereka ketika masturbasi dan belajar mengendalikan ejakulasi tanpa terapi obat,” tambah Puppo. Juga, tepat setelah ejakulasi, pria memasuki periode refraksi yang lebih lama seiring bertambahnya usia.

Menurut salah satu penulis, Dr. Giulia Puppo, orgasme yang didapat dari rangsangan vagina tidak pernah ada, jadi lamanya waktu penetrasi tidak berpengaruh penting terhadap orgasme wanita.

"Pada semua wanita, orgasme selalu mungkin terjadi jika organ ereksi wanita terstimulasi secara efektif ketika masturbasi, seks oral, atau rangsangan yang dilakukan pasangannya, sebelum dan sesudah ejakulasi pria, atau ketika melakukan penetrasi vagina yang dibantu menstimulasi klitoris dengan jari,” yang dijelaskan oleh Dr. Giulia dalam makalahnya.

Dalam sebuah makalah lain yang diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine, peneliti mengindikasikan terapi untuk para pria penderita hiperseks harus juga menyertakan prinsip terapi seks yang dapat meningkatkan fungsi dan menemukan kebosanan pada aktifitas seks.

Dalam studi terhadapa pria Eropa, hiperseksualitas, kegemaran akan fantasi seksual, atau kegemaran berlebihan terhadap aktifitas seksual-mempunyai korelasi dengan kecenderungan terhadap kebosanan seksual dan fungsi ereksi.

Studi yang melibatkan 911 pria Kroasia dan 210 pria Jerman yang sedang dalam sebuah hubungan, berkontribusi terhadap adanya pengetahuan mengenai hiperseksualitas.

"Pada beberapa pria, perilaku hiperseks merupakan mekanisme bantuan terhadap kebosanan seksual,” ujar Verena Klein, penulis utama makalah tersebut. (Melodia)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya