Liputan6.com, Moskow - Kecelakaan pesawat Metrojet Airbus A-321 tak luput dari 'kejahilan' kartunis majalah satir Charlie Hebdo. Kali ini, majalah asal Prancis itu menggambarkan dua karikatur tentang pesawat nahas itu.
Gambar pertama tentang tengkorak dengan tulisan berbahasa Prancis yang berarti 'Bahayanya penerbangan murah Rusia'. Sementara itu, karikatur kedua melukiskan reruntuhan pesawat menghujani seorang militan dengan kalimat, yang diartikan 'Angkatan Udara Rusia sedang menambah kegiatan serangan udara'.
Advertisement
Hal itu memicu kemarahan warga Negeri Beruang Merah. Kremlin mengecam kartun itu dan menyebutkan bahwa Charlie Hebdo sedang menghembuskan kebencian.
Sementara itu, di jaringan media sosial di negeri yang dahulu bernama Uni Soviet tak sedikit pengguna bernada sama. Vk, salah satu media sosial terbesar Rusia mengatakan bahwa karikatur tersebut adalah topik yang paling banyak didiskusikan oleh lebih 100 juta pengguna aktif selama sepekan lalu.
Pengguna Twitter di Negara Beruang Merah, juga mengekspresikan kekesalan serupa.
"Ini sinikal yang gila dan konyol serta memukul keluarga korban," kata salah satu pengguna Twitter, Anna Isayeva seperti dilansir Reuters, Minggu 8 November 2015.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa kartun tersebut 'murni penyebar kebencian' dan tidak ada hubungannya dengan demokrasi dan kebebasan berekspresi.
Sementara itu, juru bicara menteri luar negeri Rusia, Maria Zakharova lewat akun Facebooknya menulis, "Apakah yang lain masih bersama Charlie?"
Charlie merujuk pada frasa 'Je Suis Charlie' sebuah ekpresi simpati apa yang terjadi pada majalah Prancis itu, setelah seorang militan membunuh para karyawannya di kantor pusat mereka pada Januari.
Status di Facebook-nya itu menarik pengguna sosial media AS terbesar tersebut. Lebih dari 4.500 'likes' hingga Minggu malam dan komentar-komentar terus bertambah.
Sementara itu, pemimpin redaksi Charlie Hebdo, Gerard Biard mengatakan tuduhan 'kebencian' yang dikatakan Rusia terlalu absurd atau tidak jelas.
Menteri luar negeri Prancis dalam pernyataan di laman resmi mengatakan bahwa wartawan di negaranya bebas untuk mengekspresikan opini mereka. Namun bagaimanapun, kebebasan itu tidak mewakilkan pemerintah.
"Kami adalah salah satu negara yang pertama mengucapkan belasungkawa pada Rusia karena kecelakaan itu adalah tragedi yang sangat menyedihkan," tulis pernyataan itu.
Penerbangan Metrojet 9268 jatuh di Semenanjung Penisula pada 31 Oktober, menewaskan seluruh penumpang dan kru sebanyak 224. Penyelidik sekarang yakin 90 persen bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh sebuah bom yang meledak. (Rie/Tnt)