Liputan6.com, Padang - Menjelang musim dingin di benua Amerika, Australia, dan sejumlah negara di Asia, burung-burung bermigrasi dari negara-negara yang mengalami 4 musim ke tempat-tempat yang hangat. Salah satu tempat yang disinggahi burung-burung tersebut adalah Indonesia.
Beberapa daerah yang menjadi tempat perlintasan dan persinggahan burung-burung tersebut adalah Jawa, Bali, dan Sumatera. Di Sumatera Barat, kata pemerhati burung migrasi, burung-burung itu cukup aman dan mereka dapat memilih berbagai tempat untuk istirahat.
"Secara keseluruhan wilayah Sumbar masih bisa dikategorikan sebagai wilayah yang aman," ujar dosen dan pemerhati burung migrasi, Dr Wilson Novarino pada Liputan6.com, Senin (9/11/2015).
Menurut dosen di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Andalas ini, ancaman bagi burung-burung migrasi yang singgah di Sumbar relatif masih kecil bila dibandingkan di daerah lain. Hanya daerah perkotaan saja yang menjadi ancaman bagi burung migrasi.
"Ancaman utama bagi burung migran yang melewati Sumbar adalah adanya konversi habitat, berkurangnya luas tutupan hutan, konversi daerah pantai untuk tambak dan pemukiman," lanjut Wilson.
Baca Juga
Advertisement
2 Masa
Siapapun bisa mengamati dan menikmati keindahan burung-burung yang bermigrasi ini di berbagai daerah di Sumbar. Namun, hanya bisa dilihat pada 2 periode saja dalam 1 tahun. 2 masa migrasi burung-burung itu biasanya pada Maret hingga Mei, dan September hingga November.
"Pada umumnya migrasi dikenal dengan 'Fall Migration', yang berlangsung pada saat musim gugur di belahan bumi utara (September-November) dan 'Spring Migration' atau migrasi balik yang berlangsung pada musim semi di belahan bumi utara (Maret-Mei). Hal ini berlaku sebaliknya untuk burung-burung dari belahan bumi selatan. Dengan demikian bisa dikatakan, migrasi burung berlangsung 2 kali dalam setahun yang melewati wilayah Sumbar," jelas Wilson.
Untuk tahun ini, dari informasi yang dikumpulkan di lapangan, sejak September hingga November ini, belum ada pengamatan burung secara berkelompok. Namun, pada Fall Migration tahun ini, kala burung-burung dari utara bermigrasi ke selatan, beberapa kelompok pemerhati burung dan alam menggelar acara birdwatching pada Mei lalu di Singkarak, Kabupaten Solok.
Untuk melakukan pengamatan, tidak butuh alat-alat khusus. Karena menurut Wilson, burung-burung migrasi yang singgah di Sumbar merasa aman, sehingga mereka memilih areal persinggahan yang rendah.
"Kita hanya butuh peralatan standar seperti teropong dan kamera tentunya sangat disarankan. Kriteria daerah pengamatan burung bermigrasi secara umum adalah daerah pinggir pantai dengan hamparan lumpur (mud flat), dan daerah perbukitan dengan pemandangan yang terbuka," lanjut Wilson.
Namun lokasi populer yang dijadikan tempat pengamatan burung sejauh ini ada di Kota Solok, sekitar Danau Singkarak, Gunung Gadut, beberapa pulau seperti pulau Rupat, Mentawai, dan sepanjang daerah pesisir pantai di Sumbar. (Sun/Mvi)