Liputan6.com, Jakarta Genre musik ska boleh dianggap hampir punah pada hari ini. Akan tetapi, tak berarti para musisi yang memiliki passion di jalur tersebut berubah arah. Salah satunya adalah band Sentimental Moods yang konsisten mengusung ska sejak terbentuk hingga hari ini.
Baca Juga
Advertisement
Terdiri dari delapan orang, justru membuat band yang berada di jalur indie ini lebih hidup dan solid. Mereka adalah Daniel (saksofon bariton), Edo (bass), Yurie (saksofon tenor), Wiro (gitar), Masmo (keyboard), Taufiq (terompet), Amor (trombon), dan Acil (drum).
Lalu bagaimana terbentuknya band yang berdiri sejak 2009 ini? Soal pertanyaan itu, kepada Liputan6.com, Daniel sempat menjelaskan, "Awal cerita, saya terlibat dalam tim produksi di sebuah band, yang mana Beni sebagai drummer pada zamannya, kami berdua punya keinginan yang sama ingin membuat band instrumental ska seperti The Skatalites."
"Kemudian kami berdua mengajak teman masing-masing, seperti saya mengajak Yurie dan Edo (yang juga pejuang dari band Escoret). Sedangkan Beni mengajak Wiro (pejuang ska dari tahun 1990-an). Kami mulai berlatih pada bulan Juli 2009, kemudian mencari pemain musik yg tersisa, sampai akhirnya kami menemukan beberapa nyawa untuk Sentimental Moods," jelasnya.
Untuk urusan lagu, band yang kebanyakan menghasilkan nomor-nomor instrumen ini, tak kehabisan ide dalam menciptakan karya-karya terbarunya. Ide mereka pun datang dari hal-hal yang tak jauh dari pandangan.
"Ide pembuatan lagu bisa dari mana saja, terutama dari kejadian sehari-hari kami. Termasuk cara berpikir, gaya hidup kami, dan lain-lain. Nah karena instrumental, jadi biasanya kami memilih judul lebih bermakna. Setidaknya yang menurut kami bisa menggambarkan cerita yang dimaksud lagu," terang Masmo.
Tentunya, band ska luar negeri menjadi patokan bagi Sentimental Moods dalam menciptakan nomor-nomor baru. Sebut saja The Skatalites, Tokyo Ska Paradise Orchestra, St. Petersburg Ska-Jazz Review, sampai New York Ska-Jazz Ensemble. Semuanya telah menjadi acuan utama mereka saat membentuk warna Sentimental Moods hingga kini.
Lalu bagaimana dengan urusan album? Diskografi Sentimental Moods rasanya sudah tak perlu ditanya. Mereka telah memiliki beberapa mini album dan album seperti Sentimental Moods EP (2012), Destinasi Empat (2014), serta November Sepuluh (2014). Beberapa single juga sepat mereka telurkan seperti Rudolph The Red-Nosed Reindeer, If, hingga kolaborasi bersama Superglad bertajuk Baby Don’t Go.
Melalui skill yang lebih dari cukup serta format musik yang bisa membuat pendengarnya berjoget. Sudah pasti Sentimental Moods akan terus mewarnai musik indie di Indonesia dengan lebih bermakna.(Rul/Feb)