Liputan6.com, Yogyakarta - Roebiono Kertopati pahlawan sandi negara Indonesia yang tidak banyak dikenal oleh masyarakat umum, dianggap memiliki jasa penting dalam perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Namun sayangnya Roebiono gagal mendapat gelar pahlawan nasional.
Dokter kelahiran Ciamis 11 april 1914, ini sebelumnya pernah diajukan namanya sampai dua kali kepada pemerintah agar tokoh sandi itu ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Advertisement
"Tahun 2012 pernah ngajuin sampai 2013 juga ngajuin juga. Tapi belum ada kejelasan," ujar Humas dan Kerja Sama Museum Sandi Yogyakarta Tampil di kantornya, Selasa (10/11/2015).
Tampil menjelaskan, ada beberapa alasan Roebiono layak ditetapkan sebagai pahlawan bangsa karena sumbangsihnya. Bahkan, Roebiono bisa dikatakan sebagai pelopor awal pergerakan sandi di Indonesia.
Karena dialah seluruh informasi yang penting tidak jatuh ke tangan pihak penjajah. Roebiono bahkan membuat sepuluh ribu kata sandi yang dibuatnya dalam buku besar. Hingga saat ini hasil karyanya masih menjadi rujukan terkait kebutuhan sandi di Indonesia.
"Beliau itu pencipta sandi, mampu menghidupkan sekian orang dengan sandi seperti kami ini. Dedikasi beliau dari tahun 1946 buat bangsa ya artinya mengamankan negara," ujar Tampil.
Tampil juga mengatakan langkah konkret Roebiono adalah saat perpindahan ibu kota republik dari Jakarta ke Yogyakarta tepatnya 4 april 1946, setelah pemindahan ke Yogya pada awal Januari 1946.
Seluruh informasi penting disampaikan kepada pejuang lewat bahasa sandi demi mempertahankan kedaulatan negara. Termasuk ada informasi serangan para sekutu di Yogyakarta.
Roebiono telah menerima 11 bintang jasa dari pemerintah, namun belum ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Roebiono juga pandai dalam bahasa Inggris, Jerman, Belanda, dan Prancis
"Harusnya ada penetapan pemerintah. Karena membantu kemerdekaan Indonesia, terutama saat tahun 1946-1948 masa agresi militer sebagai elemen bangsa dalam berita rahasia. Saat itu Yogya sebagai ibu kota republik," tandas Tampil.
Tampil meyakini tidak ditetapkannya Roebiono sebagai pahlawan nasional karena ada catatan. Yakni, Roebiono pernah menjadi dokter Hindia Belanda, sehingga dianggap membantu pihak musuh.
Padahal saat itu Roebiono sedang bekerja untuk masyarakat dan kemanusiaan. Kendala ini diharapkan ditelaah lagi oleh pemerintah karena tugas sebagai dokter juga untuk membantu rakyat Indonesia di Papua.
"Logikanya kan dia bekerja saat itu karena sedang dijajah oleh Belanda, sehingga harus mengikuti prosedur itu. Sementara saat itu di Papua sedang ada serangan malaria. Dia tugas di sana. Jadi dokter dari tahun 1941-1945," papar Tampil.
Tampil mengatakan, Roebiono meninggal pada 23 Juni 1984 di Jakarta dan dimakamkan di makam pahlawan Kalibata. (Dms/Ans)