Liputan6.com, Serang - Jika zaman dahulu para pahlawan berjuang melawan penjajah dengan mengangkat senjata, kini makna pahlawan mencakup lebih luas. Salah satunya adalah membantu kaum miskin yang tidak mampu secara ekonomi.
Seperti yang dilakukan pria bernama Lulu Jamaludin, warga Lopang, Kota Serang, Banten. Dia telah membangun rumah rusak dan memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat kurang mampu di lingkungan sekitarnya selama belasan tahun.
Selama 11 tahun ini, pria yang akrab di sapa Mang Lulu ini telah membangun puluhan rumah rusak tak layak huni dan mengobati ratusan masyarakat miskin. Uniknya, dia menggalang dana melalui Facebook dan media sosial lainnya.
Pasien miskin yang pernah dibawa berobat oleh Lulu bersama relawan FBn atau Fesbukbantennews ini, di antaranya bayi hidrosepalus, orang tua penderita katarak, hingga manusia akar.
"Kalau tidak salah, saya mulai di Kota Serang, Banten 2004. Bawa pasien katarak dan hidrosepalus warga Kota Serang. Mungkin sudah sekitar 100 pasien miskin yang sudah diobati," kata Lulu di Serang, Banten, Selasa, 10 November 2015.
Dana Dilaporkan
Dana yang dikumpulkan Lulu dan teman-temannya tersebut selalu dilaporkan melalui akun Facebook yang ia buat, Fesbukbantennews. Bahkan, jumlah rumah rusak yang telah direhabilitasi kini mencapai belasan, yang tersebar di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, dan Kota Serang.
Meski sudah menggalang dana di media sosial, Lulu tetap saja merasa kesulitan mengumpulkan dana untuk pengobatan. Ia masih mendapatkan kendala administrasi dan persoalan lainnya di rumah sakit.
"Pemerintah kurang peduli, masyarakat juga sama. Ada rumah ambruk tidak mau gotong royong. Untuk pasien susahnya birokrasi sangat ribet, kekurangan dana, pemerintah tak memberikan akses," ujar dia.
Kendati demikian, Lulu dan para relawannya merasa senang dan terbayar rasa lelahnya jika banyak masyarakat gotong royong membantu sesama yang mengalami kesulitan.
"Senangnya jika ada masyarakat mau gotong royong membantu rumah ambruk. Rumah jadi layak huni dan pasien sembuh adalah balasan bagi kami. Kami sangat gembira," kata Lulu.
Baca Juga
Advertisement
Didukung Istri
Lulu yang sehari-hari bekerja sebagai jurnalis lepas di media online ini tak sungkan menyisihkan penghasilannya untuk membantu warga miskin. Bahkan, istri dan keluarganya sangat mendukung kegiatan sosial ini. Padahal, mereka masih tinggal di rumah kontrakan.
Istri Lulu yang masih berstatus guru honorer di sekolah dasar dengan pendapatan yang relatif minim ikut membantu suaminya dalam melakukan kegiatan mulia ini.
"Kami berharap Pemprov Banten cepat tanggap terhadap warga yang rumahnya ambruk. Apalagi Pemprov sudah membentuk tim reaksi cepat. Faktanya, hingga saat ini masih banyak rumah ambruk," kata Lulu.
"Dan warga miskin yang susah berobat. Selain tak mampu membeli obat yang tidak dicover BPJS, masyarakat juga tak mampu untuk membiayai transportasi dan konsumsi selama melakukan pengobatan di rumah sakit," kata dia.
Tak hanya rumah ambruk dan pasien miskin yang dibantu, Lulu dan teman-temannya juga kerap membantu korban banjir di Banten. Seperti bantuan pakaian bekas layak pakai, tenda, perahu, hingga mendirikan dapur umum.
Menurut Lulu, masih banyak siswa miskin yang membutuhkan beasiswa di Provinsi Banten dan daerah lainnya. "Pemerintah pusat seharusnya jangan asal terima laporan dari daerah mengenai jumlah Rumah Tidak Layak Huni dan pasien miskin."
"Seharusnya klarifikasi dulu. Kami juga setiap terjadi banjir selalu di lokasi. Dan mengirimkan bantuan di lokasi-lokasi yang tidak disentuh pemerintah. Bahkan memberikan beasiswa untuk rakyat miskin. Yang terpenting, dana kita hasil gotong royong dari teman-teman yang peduli pada rakyat miskin," ucap Lulu. (Rmn/Mvi)**