Liputan6.com, Sahara - Sebuah aliran sungai yang dahulu berisi air yang menyebar ratusan kilometer jauhnya sepanjang Sahara Barat ditemukan di bawah timbunan gurun pasir di Mauritania.
Temuan itu berhasil ditangkap oleh satelit milik Japan Earth Observation. Aliran sungai itu membentang di bawah pasir berdebu sahara sepanjang 500 kilometer menuju pantai.
Advertisement
Jalur air yang terkubur di bawah pasir berdebu itu kemungkinan bagian dari Sungai Tamanrasett yang diduga dahulu pernah mengaliri Sahara Barat. Hulunya kemungkinan berasal dari selatan pegunungan Atlas dan dataran tinggi Hoggar yang kini kita kenal sebagai Aljazair.
Tim yang dipimpin oleh Prancis penemuan tersebut menyimpulkan pada masa kuno sungai mengalir dari hulu, lalu ke muara dan berakhir di pantai selama periode 'humid' 245 ribu tahun yang lalu.
Di masa itu, sungai tersebut adalah pusat kehidupan bagi manusia, hewan dan tumbuhan dan membawa nutrisi penting untuk organisme laut. Kini, ia menjadi gurun pasir.
Jika sungai itu masih mengalir, alirannya tersebut akan berada di nomor 12 sebagai aliran sungai terbesar di Bumi.
Gambar yang diambil dari satelit menunjukkan bahwa aliran sungai itu tersembunyi selaras hampir sempurna di ngarai bawah laut besar yang memanjang di lepas pantai Mauritania. Dalamnya diprediksi mencapai lebih dari tiga kilometer.
Russell Wynn dari National Oceanography Centre di Southhampton, Inggris adalah salah satu ilmuan yang berhasil membuat peta 3 dimensi sahara itu yang dibuat pada 2003.
Batuan sedimen di dasar gurun ternyata mengandung sisa air sungai. Tidak sekedar sungai biasa, namun beraliran deras dan dalam.
"Penemuan itu adalah penemuan terbesar dari cerita detektif geologi. Penelitian pendahuluan kami atas batu-batu di Sahara akhirnya terkonfirmasi dengan citra satelit, bahwa dahulu gurun itu adalah dataran yang subur luar biasa dengan sungai yang membentang di mana-mana dan aliran yang deras," kata Wynn atas temuan terbaru itu, seperti dilansir The Guardian, Rabu (11/11/2015)
"Dengan kata lain, pekerjaan kami dahulu terbukti, bahwa 6 ribu tahun lalu, selain subur, Sahara memiliki aliran sungai yang aktif luar biasa," tambahnya.
Jika masih mengalir hingga kini, air akan membawa material penting dari daratan menuju laut. Namun, jika sungai tak terpelihara dan rusak, justru akan membawa batuan ke laut. Hal yang sama terjadi di sungai kuno yang masih aktif di Taiwan. Alih-alih membawa kebaikan bagi ekosistem, malah menghancurkan kabel bawah laut dan infrastruktur maritim lainnya.
"Orang banyak yang menyepelekan perubahan iklim, bahkan sebagian menganggap itu hal fiktif. Penemuan sungai di Sahara adalah bukti dari perubahan iklim. Lihatlah, dalam waktu ribuan tahun, Sahara yang tadinya subur berubah menjadi gurun dan kering," tutup Wynn. (Rie/Ein)