Liputan6.com, Jakarta Siapapun yang pernah menjadi anak-anak generasi era 1990-an tentu sangat tidak asing dengan manga dan serial anime Dragon Ball. Kisah anime bernuansa fantasi yang tak lagi dipegang Indosiar itu, kini malah mendapat teguran dari KPI saat berpindah ke stasiun lain.
Baca Juga
Advertisement
Teguran tersebut memang telah dilayangkan sejak September 2015 lalu. Melalui situs resminya, Komisioner KPI, Sujarwanto Rahmat Arifin meminta stasiun TV yang tengah menayangkan Dragon Ball untuk mengurangi unsur kekerasan dalam anime yang sudah disulih suara itu. Akan tetapi, ia tak menjelaskan secara rinci dan ilmiah mengenai kaitan Dragon Ball dengan perilaku kekerasan anak.
Setelah teguran dilayangkan, pihak stasiun televisi berterimakasih kepada KPI karena telah mengingatkan mereka. Alhasil, baru-baru ini stasiun televisi tersebut menayangkan anime Naruto di jadwal yang sama sebagai pengganti Dragon Ball.
Fans Dragon Ball yang juga generasi anak-anak di era 1990-an pun langsung berkomentar pedas di media sosial, termasuk akun Facebook KPI. Salah satunya mengungkapkan keheranannya karena Dragon Ball yang pertama kali tayang di Indosiar pada 1996, baru ditegur hampir 20 tahun kemudian.
Beberapa negara lain juga telah lama menayangkan anime Dragon Ball. Bahkan tak sedikit yang terinspirasi secara positif berkat kisah dari manga karangan Akira Toriyama ini.
Berdasarkan pantauan penulis, banyak fans Dragon Ball di Indonesia yang menikmati animenya di masa kecil pada 1990-an, justru tidak terpengaruh dengan kekerasan di dalamnya. Setelah dewasa pun, hampir semua fans Dragon Ball di Indonesia menjadi pekerja keras dan justru berperilaku ramah.
Salah satu meme dari fans mancanegara, memberikan gambaran akurat mengenai hikmah yang bisa dipetik dari anime dan manga Dragon Ball. Uraian tersebut bisa dilihat melalui gambar di bawah ini.
Memang segala sesuatunya ada baiknya dan ada buruknya. Namun jika satu hal itu tak menimbulkan efek negatif berkepanjangan, kenapa pula harus disembunyikan. Terutama dengan anime Dragon Ball yang telah diakui di seluruh dunia sebagai salah satu hiburan paling dikenang.
Dalam kisah Dragon Ball sendiri Son Goku selaku tokoh utamanya digambarkan sebagai anak laki-laki (kemudian menjadi pria dewasa) yang pantang menyerah dalam berjuang. Bahkan, unsur kekeluargaan sangat kental di kisah satu ini.
Memang kontroversi terkait Dragon Ball juga sempat menyeruak di Amerika Serikat. Salah satu sekolah umum di Maryland menarik manga Dragon Ball dari pustakanya. Alasan yang digunakan adalah banyaknya 'konten seksual', termasuk adegan yang melibatkan 'ketelanjangan, kontak seksual antar anak-anak, serta sindiran seksual antara orang dewasa dan anak-anak'. Pada kenyataannya unsur-unsur tersebut hanya ada di awal cerita.
Pertama kali, Dragon Ball diterbitkan di Jepang pada 1984 dalam bentuk manga yang dimuat di majalah Weekly Shounen Jump oleh Akira Toriyama. Volume pertama manga Dragon Ball diterbitkan di Jepang oleh Shueisha dengan jumlah 42 volume. (Rul/Ade)