Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia menyadari bahwa doing business di Indonesia masih belum semudah negara-negara lainnya. Oleh karena itu, pemerintah terus melakukan perbaikan, termasuk di antaranya merombak pelayanan investasi, simplifikasi perizinan, maupun penerbitan kebijakan untuk memberi stimulus langsung kepada kegiatan investasi.
Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Farah Ratnadewi Indriani menjelaskan sebagai tindak lanjut kunjungan Presiden RI ke Amerika Serikat beberapa waktu lalu, para pengusaha Amerika Serikat yang tergabung dalam USABC melakukan kunjungan ke Indonesia, termasuk di antaranya ke BKPM. Mereka betujuan memperoleh penjelasan langsung mengenai kebijakan dan perbaikan iklim investasi di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Delegasi USABC yang dipimpin oleh President & CEO USABC, Alexander C. Feldman, membawa sekitar 70 orang pengusaha pimpinan dari perusahaan-perusahaan AS yang antara lain bergerak di sektor teknologi informasi, migas, industri makanan dan minuman, manufaktur, serta keuangan.
“Kami menyampaikan apresiasi kepada BKPM atas komitmen pemerintah Indonesia dalam melakukan perbaikan iklim investasi. Kami melihat kesungguhan BKPM dalam melakukan proses reformasi kebijakan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Hal ini menambah keyakinan kami untuk meningkatkan investasi kami di Indonesia,” ujar Alexander dalam keterangannya, Rabu (11/11/2015).
Alexander mengatakan bahwa USABC menyadari komitmen pemerintah Indonesia dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja untuk mencapai target 2 juta lapangan kerja setiap tahun. “Kami berkomitmen membantu pemerintah Indonesia merealisasikan hal tersebut. Banyak pengusaha AS yang telah menyatakan minatnya untuk mengekspansi investasinya di Indonesia, termasuk di kawasan Indonesia bagian timur,” ucap Alexander.
Amerika Serikat merupakan salah satu investor utama di Indonesia yang dalam lima tahun terakhir investasinya tumbuh 23 persen per tahun dan berkontribusi sebesar 6 persen dari total PMA di Indonesia.
Lima sektor terbesar investasi AS adalah pertambangan US$ 7,2 miliar, perdagangan atau reparasi US$ 258 juta, industri makanan US$ 167 juta, industri alat angkut US$ 142 juta, dan industri kimia atau farmasi US$ 56 juta.
Farah mengatakan BKPM siap memfasilitasi investor AS dari mulai rencana hingga merealisasikan investasi di Indonesia melalui perwakilan BKPM di Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) New York serta tim Marketing Officer (MO).
“BKPM berharap melalui pertemuan-pertemuan seperti ini kami dapat memperoleh masukan-masukan dari para pengusaha terkait upaya perbaikan iklim investasi Indonesia agar semakin kondusif,” ujar Farah.
Kepala BKPM Franky Sibarani beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa BKPM memberi perhatian khusus terhadap upaya peningkatan daya saing investasi Indonesia.
Salah satu yang menjadi perhatian BKPM adalah mendorong perbaikan berbagai indikator dalam kemudahan berusaha (ease of doing business) Indonesia yang secara rutin pemeringkatannya dilakukan oleh Bank Dunia (World Bank). Kepala BKPM Franky Sibarani menyatakan lembaganya mengambil sikap pro-aktif dalam setiap program untuk meningkatkan daya saing penanaman modal dan bisnis.
“BKPM akan terus berkoordinasi dengan berbagai kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah untuk bersama-sama memperbaiki berbagai aspek yang masih menghambat kemudahan berusaha di Indonesia,” tutur Franky. (Yas/Gdn)**