Liputan6.com, Jakarta - Perbaikan data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan penurunan pertumbuhan ekonomi China tidak memberikan tekanan yang cukup besar bagi nilai tukar rupiah. Kurs rupiah terhadap dolar AS akhir-akhir juga tertolong dari rencana stimulus moneter oleh Bank Sentral Eropa.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengungkapkan, kurs rupiah terhadap dolar AS mampu menguat di tengah tekanan data ekonomi AS yang semakin membaik dan kekhawatiran pelemahan data ekonomi China.
"Dengan kondisi ini, seharusnya kita mengalami risk off. Biasanya kalau risk off, nilai tukar kita semua (negara berkembang) tertekan. Tapi karena ada stimulus dari Eropa, membuat itu (kurs) set off," jelas Agus saat ditemui di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (11/11/2015).
Baca Juga
Advertisement
Amerika Serikat (AS) merilis perbaikan data ekonomi, meliputi angka inflasi turun 0,2 persen di September 2015, data ketenagakerjaan AS menunjukkan perbaikan, di mana angka pengangguran tercatat 255 ribu atau terendah sejak November 1973. Sementara investor justru mencemaskan data ekonomi China seiring perlambatan ekonomi yang ditandai dengan pelemahan ekspor dan impor.
Di sisi lain, Bank Sentral Eropa berencana melonggarkan kebijakan moneternya, seperti menurunkan suku bunga acuan. Suku bunga yang lebih rendah di zona Euro akan membuat mata uang Euro kurang memikat dan membuat depresiasi Euro lebih dalam.
"Berita kuatnya data ekonomi di AS dan stimulus di Eropa membuat rupiah tidak terlalu tertekan. Jadi mata uang dari negara-negara berkembang, termasuk rupiah tidak tertekan," papar Agus.
Untuk diketahui, Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah berada di level 13.576 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di level 13.619 per dolar AS.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah secara umum masih berada di tren mendatar di tengah penguatan dolar AS di pasar global.
"Hal tersebut menandakan bahwa faktor dari dalam negeri atau internal mulai mengambil peran lebih dalam untuk menahan guncangan eksternal," jelasnya.
Pelaku pasar masih berharap bahwa Bank Indonesia (BI) akan pemangkasan BI rate dalam waktu dekat karena melihat bahwa angka inflasi telah mampu dikendalikan. (Fik/Gdn)