Liputan6.com, Jakarta - Setahun sudah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bergulat dengan aksi pemberantasan pencurian ikan ilegal. Ia menenggelamkan kapal sesuai amanat undang-undang (UU) demi menjaga ketahanan pangan nasional. Dalam perjalanannya, ia mengakui bahwa suplai ikan kian melimpah meskipun harga ikan belum sepenuhnya murah.
Dalam pembukaan acara Lomba Masak Ikan Tingkat Nasional ke-13, Susi menegaskan bahwa penenggelaman kapal merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam menegakkan kedaulatan teritori dan sumber pangan nasional.
"Selama satu tahun ini, pertumbuhan perikanan meningkat 8,9 persen. Karena kita tidak lagi ada kompromi untuk menenggelamkan kapal pencuri ikan dan mereka pun pergi. Sumber ikan naik 240 persen. Itu artinya suplai pasar ikan lokal di Indonesia naik 240 kali," ujarnya di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Kamis (12/11/2015).
Baca Juga
Advertisement
Meskipun pasokan ikan lokal sudah melimpah di pasar, Susi mengakui harga jual ikan belum bisa mencapai angka yang sangat murah. Meski demikian, harga ikan sekarang ini jauh lebih murah dibandingkan dengan harga daging sapi, termasuk dari sisi manfaatnya.
"Ikan jauh lebih murah, lebih sehat, dan bebas penyakit dibanding daging. Paling penting lagi, kita bisa menjaga devisa supaya tidak impor daging atau sapi," Susi menegaskan.
Ia menjelaskan ikan adalah salah satu sumber protein penting dalam menu keseharian masyarakat. Kandungan proteinnya sangat baik dan dibutuhkan bagi perkembangan otak maupun tubuh manusia. Tanpa protein yang cukup, kata Susi, anak-anak Indonesia akan tumbuh dengan kekurangan maupun keterbatasan.
"Hasil survei terakhir tahun 2014, satu dari tiga anak Indonesia tumbuh kerdil atau kuntet. Ini satu ironi luar biasa karena ikan makin langka. Dalam 10 tahun terakhir, kita cuma mengenal lele, mujair, atau ikan mas budidaya," ucapnya.
Untuk itu, Susi menyarankan agar masyarakat Indonesia gemar mengonsumsi ikan guna meningkatkan kemampuan otak dan menyehatkan tubuh. "Kalau fisik sehat, otak pintar, maka generasi muda kita akan menjadi pilar ketahanan Indonesia dalam persaingan sumber daya manusia di era globalisasi ke depan. Jangan sampai di era MEA, anak-anak kita kalah bersaing dengan anak-anak Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura dan Filipina," ujar Susi.**