Liputan6.com, Jakarta - Tak banyak yang tahu, di samping Hari Ibu yang dirayakan setiap 22 Desember 2015, Indonesia juga memiliki Hari Ayah. Uniknya, para pemrakarsa Hari Ayah Nasional ini bukanlah kaum ayah, melainkan para ibu. Kabar ini menjadi berita yang paling banyak dibaca sepanjang Kamis kemarin.
Disusul oleh berita mendalam tentang menanti kesimpulan akhir dari tewasnya mahasiswi UNJ yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas di kawasan Cianjur, Jawa Barat. Demikian pula dengan berita tentang penegasan Gubernur Ahok bahwa dirinya dipastikan juga bakal dilaporkan ICW jika melakukan korupsi.
Advertisement
Top 5 News Selengkapnya:
1. Cerita di Balik Lahirnya Hari Ayah Nasional
Google doodle dihiasi animasi lucu yang menggambarkan hubungan ayah dan anak. Mulai dari penguin jantan yang mengerami telurnya, serigala yang melolong bersama anaknya, hingga seorang ayah yang menggendong putri kecilnya.
Ini karena 12 November ini merupakan Hari Ayah. Tak banyak yang tahu, di samping Hari Ibu yang dirayakan setiap 22 Desember 2015, Indonesia juga memiliki Hari Ayah.
Hari Ayah ini memang belum sepopuler Hari Ibu. Momen spesial untuk para ayah yang juga diperingati bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional ini lahir dari prakarsa sebuah komunitas lintas agama pada 2006 silam.
Uniknya, para pemrakarsa Hari Ayah Nasional ini bukanlah kaum ayah, melainkan para ibu.
2. Menanti Kesimpulan Akhir Tewasnya Mahasiswi UNJ
Delea Nur Alvita (20), mahasiswi Semester V Jurusan Tata Rias Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ditemukan tewas di kawasan Cianjur, Jawa Barat. Tewasnya Delea masih menyisahkan misteri. Pihak keluarga menyakini mahasiswi berkerudung itu tewas bukan karena kecelakaan tapi ada sebab lain.
Di bagian lain, dugaan sementara polisi menyatakan, Delea tewas setelah motor tunggangannya menabrak pohon mahoni di pinggir jalan.
Tak hanya menabrak pohon, Kanit Laka Lantas Polres Cianjur Ipda Tenda Sukendar mengatakan, motor bernopol B 4936 TDQ yang dibawa Delea juga diduga menghantam tembok gapura.
"Hasil pemeriksaan dokter forensik, luka itu identik akibat kecelakaan. Tapi kita juga masih mengumpulkan keterangan-keterangan lain. Hasil visum Delia baru akan keluar Kamis," kata Tenda saat dihubungi dari Jakarta, Selasa 10 November 2015.
3. Ahok: Kalau Saya Korupsi Pasti Juga Akan Dilaporkan ICW
Sikap Indonesia Corruption Watch (ICW) melaporkan pejabat BPK ke Majelis Etik mendapat berbagai respons. Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Muhammad Taufik menilai, ICW sudah menjadi penasihat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan pelaporan itu.
Menanggapi tudingan tersebut, Ahok melihat pernyataan Taufik merupakan sebuah penghinaan terhadap ICW.
"Aduh, itu menghina ICW," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Rabu 11 November 2015.
Mantan Bupati Belitung Timur itu mengatakan, kerja sama antara Pemprov DKI Jakarta dengan ICW sangat baik, terutama terkait upaya pemberantasan korupsi. Bahkan kerja sama itu sudah menghasilkan nama-nama kontraktor abal-abal.
4. Polres Cianjur: Tak Ada Kejanggalan di Kasus Mahasiswi UNJ Tewas
Kanit Laka Lantas Polres Cianjur, Iptu Tenda Sukendar mengatakan, tidak ada yang janggal atas kematian mahasiswi UNJ, Delea Nur Alvita (20). Dia mengatakan, tewasnya mahasiswi UNJ itu murni akibat kecelakaan tunggal. Hal itu berdasarkan keterangan saksi mata bernama Uci Sanusi yang berada di lokasi saat kejadian.
"Itu murni kecelakaan tunggal. Setelah ia menabrak pohon mahoni kemudian menghantam gapura. Ada saksi mata di lokasi," ujar Tenda saat dihubungi Liputan6.com dari Jakarta, Kamis (12/11/2015).
Banyak orang percaya bahwa kematian Delea bukan karena murni kecelakaan tunggal di Jalan Raya Bandung, Cianjur, Jawa Barat, Minggu 8 November dinihari.
5. Ini Penyebab Maraknya Pernikahan Dini
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Plan Internasional, di Indonesia masih banyak terjadi pernikahan pada anak dan remaja. Sebanyak 38 persen anak perempuan di bawah usia 18 tahun sudah menikah. Sementara persentase laki-laki yang menikah di bawah umur hanya 3,7 persen.
Ternyata, ada beberapa penyebab yang mendorong mereka melakukan pernikahan dini. Penelitian terbaru yang dilakukan Plan International dalam rilis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Kamis (12/11/2015) membuktikan kuatnya tradisi dan cara pandang masyarakat, terutama di pedesaan, masih menjadi pendorong bagi sebagian anak perempuan menikah dini.
Penelitian ini menunjukkan pernikahan anak, termasuk yang berusia 12-14 tahun, masih terjadi karena adanya dorongan dari sebagian masyarakat, orangtua, atau bahkan anak yang bersangkutan.
(Ado)