Liputan6.com, Jakarta - Setelah hampir 3 tahun berlalu, pemerintah Amerika Serikat pada 14 November 1991 membuat sebuah pengumuman penting terkait meledaknya pesawat di langit Lockerbie, Skotlandia. Berdasarkan hasil penyelidikan, Negeri Paman Sam menyatakan 2 agen rahasia Libya bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Amerika Serikat meminta pemimpin Libya Muammar Khadafi menyerahkan 2 anak buahnya, Abdel Basset Ali Al-Megrahi and Al Amin Khalifa Fhimah, yang dinyatakan sebagai tersangka pengeboman pesawat Pan Am 103 tersebut.
Advertisement
Kedua tersangka yang diduga menaruh bom di pesawat itu dituntut pasal berlapis, yakni sebanyak 193 dakwaan dengan 3 dakwaan di antaranya merupakan tuntutan hukuman mati.
Dalam insiden yang terjadi pada 21 Desember 1988 itu, pesawat yang ditumpangi 259 orang tersebut meledak di udara saat perjalanan dari London, Inggris, ke New York, Amerika Serikat. Semua penumpang tewas ditambah 11 orang di darat yang terkena ledakan dan tertimpa puing reruntuhan.
Menanggapi seruan AS, perwakilan dari pihak Khadafi, yakni Duta Besar Libya untuk Prancis, Saeeb Mujber, mengatakan pihaknya tidak akan menyerahkan Al-Megrahi dan Fhimah. Menurut dia, penyerahan kedua agen tersebut sama saja menyerahkan kedaulatan Libya ke AS.
Lebih jauh, Mujber menyebut tudingan AS ini merupakan strategi untuk menggempur tanah Libya. Kendati demikian, saat itu Presiden AS George Bush dan Perdana Menteri Inggris John Major menolak langkah agresi militer.
"Ini merupakan permainan politik yang berupaya untuk menjatuhkan Libya," ujar Mujber seperti dimuat BBC on This Day.
Sementara itu, Jaksa Agung AS William Barr menegaskan pihaknya memiliki bukti yang kuat, yakni berupa serpihan perekam suara yang disebut milik agen Libya. "Kami cek asal perekam suara itu dan diketahui buatan Swiss yang dijual ke Libya."
Pada akhirnya, 31 Januari 2001, salah satu terdakwa, yaitu Abdel Basset Ali Al-Megrahi, divonis hukuman penjara seumur hidup atas perannya memasang bom di pesawat itu.
Namun, pada 2009 Al-Megrahi dibebaskan dari penjara di Skotlandia atas pertimbangan kemanusiaan. Ia menderita kanker. Saat pulang ke Libya, ia sempat bertemu dengan penguasa kala itu, Moammar Khadafi, yang memberinya sebuah pelukan hangat.
Sempat bertahan 3 tahun, Al-Megrahi akhirnya meninggal dunia di rumahnya di Tripoli pada 20 Mei 2012 dalam usia 60 tahun.
Seperti dikutip dari Al Jazeera, mantan Menteri Kehakiman Libya sebelumnya buka suara pada harian Swedia, Expressen. Ia mengaku Khadafi adalah otak di balik pemboman Lockerbie.
"Aku punya bukti bahwa Khadafi-lah yang memberi perintah," kata Mustafa Abdel-Jalil.
Akan tetapi, kematian Al-Megrahi meninggalkan misteri, yakni siapa sebenarnya dalang di balik tragedi Lockerbie.
Sejarah lain mencatat pada 14 November 2010, Sebastian Vettel menjadi juara Formula 1 pada usia termuda, yakni 23 tahun. (Ado/Nda)