Liputan6.com, Paris - Paris digempur dengan 6 serangan teror pada Jumat 13 November 2015 malam waktu setempat. Lebih dari 150 orang tewas dalam rangkaian serangan itu.
Presiden Prancis Francois Hollande menyatakan status darurat di seluruh Prancis pascaserangan tersebut. Pemerintah Prancis juga menutup seluruh pintu perbatasan, Jumat 13 November 2015 malam waktu setempat seperti yang dilansir VOA Indonesia.
Hollande sedang menyaksikan secara langsung pertandingan sepak bola antara Perancis melawan Jerman ketika serangan terjadi. Dari dalam stadion terdengar 2 ledakan. Hollande segera dievakuasi ke tempat yang aman. Sementara seluruh penonton diminta tenang dan tidak menggunakan pintu keluar tertentu yang dinilai tidak aman.
Beberapa kantor berita dunia melaporkan insiden penembakan di sebuah restoran di Paris dan 2 ledakan yang terjadi di dekat stadion sepak bola Stade de France di bagian utara Paris.
Sementara itu, lebih dari 100 orang lainnya disandera di sebuah gedung konser di Bataclan.
Presiden Amerika Barack Obama, dalam konferensi pers di Gedung Putih Jumat sore, akan membantu Prancis dalam bentuk apapun guna mengatasi aksi ekstremisme dan teroris yang sedang terjadi. Dia telah mengontak beberapa pejabat Perancis tetapi belum menghubungi Presiden Hollande secara langsung.
Presiden Obama mengatakan serangan di Paris ini merupakan serangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan universal yang dianut bersama. Jika pelaku menilai mereka bisa meneror rakyat Perancis dan nilai-nilai yang dianut itu, Obama mengatakan mereka salah.
Baca Juga
Advertisement
Pernyataan serupa disampaikan Perdana Menteri Inggris David Cameron, yang menulis di akun Twitternya. Dia terkejut dengan peristiwa itu. Cameron menyampaikan belasungkawa dan doa bagi rakyat Perancis dan siap membantu apapun yang diperlukan.
Seorang warga Indonesia yang sedang berada di dalam salah satu restoran yang letaknya berdekatan dengan restoran di mana insiden terjadi mengatakan suasana kini sangat mencekam. Lies Marcus – yang menerima kabar itu – mengatakan kepada VOA, sahabatnya sedang makan malam di salah satu restoran ketika serangan terjadi.
Sahabat perempuan yang enggan dikutip namanya ini mengatakan kepada Lies lewat pesan singkat, dia dilarang meninggalkan restoran. Para peneror mengunci restoran tersebut.
"Suasananya sangat mencekam karena kami tahu ada teroris yang menyerang. Tapi kami nggak bisa keluar menunggu aman. Kami memutuskan 'mengungsi' ke bagian yang lebih dalam, tetapi enggak boleh duduk di dekat jendela restoran. Alhamdulilah kami bisa keluar dari bagian belakang restoran," tutur Lies.
Sahabat Lies Marcus ini adalah perempuan warga negara Indonesia yang bersuamikan seorang warga Perancis. (Bob/Nil)