Liputan6.com, Kairo - Kelompok (ISIS) mengaku bertanggung jawab terkait serangan yang menewaskan sekitar 150 orang di Paris, Prancis pada Jumat 13 November 2015 malam waktu setempat.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (14/11/2015), kelompok teroris itu menyatakan telah mengirim 'pejuangnya', yang diikat dengan sabuk bom bunuh diri dan membawa senapan mesin ke berbagai lokasi di jantung ibukota Prancis.
Serangan itu, kata kelompok ekstrem ini, dirancang untuk menunjukkan Prancis akan tetap menjadi target utama untuk kelompok 'jihad', selama negara ini terus menentang kebijakan mereka.
Serangan yang dilakukan sejumlah pria bersenjata dan pengebom di 6 titik menewaskan 150 orang pada Jumat malam waktu setempat itu.
ISIS sebelumnya mendistribusikan video yang berisi ancaman untuk menyerang Prancis, jika melancarkan serangan kepada pejuangnya.
Melalui media, Al-Hayat Media Centre, kelompok ISIS membuat ancaman melalui beberapa militannya yang menyerukan umat Islam Prancis untuk melakukan serangan.
"Selama Anda tetap membom, Anda tidak akan hidup dalam damai. Anda bahkan akan takut bepergian ke pasar," kata salah satu militan, yang diidentifikasi sebagai Abu Maryam Prancis.
Baca Juga
Advertisement
Lokasi militan ISIS dalam video tersebut tidak jelas dan sulit menentukan kapan video tersebut difilmkan, tapi pesan yang disampaikan sangat jelas.
Para militan yang tampaknya warga Prancis itu, duduk bersila secara berkelompok. Mereka mengenakan seragam dan memegang senjata di sebuah daerah seperti hutan.
"Memang Anda telah diperintahkan untuk memerangi orang kafir di mana pun Anda menemukannya --apa yang Anda tunggu, ada senjata dan mobil tersedia dan target siap untuk memukul," kata Abu Maryam.
Militan lain, diidentifikasi sebagai Abu Salman Prancis, mengatakan: "Bahkan racun tersedia, sehingga meracuni air dan makanan dari setidaknya satu dari musuh-musuh Allah."
"Teror mereka dan tidak memungkinkan mereka untuk tidur karena takut dan ngeri," tambah dia.
Keterlibatan Pihak Internal
Presiden Prancis Francois Hollande hari ini menyatakan, penyerangan di Paris "tindakan perang" yang 'digerakkan' dari luar negeri dengan bantuan pihak internal di negara tersebut.
Para militan yang bergabung ISIS --kelompok yang menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah, dipandang sangat berbahaya. Karena identitas mereka dalam paspor pada setiap perjalanan tidak terdeteksi.
"Dihadapkan dengan perang, negara harus mengambil tindakan yang tepat," kata Hollande.
Hollande mengatakan, pihaknya akan membahas teror Paris bersama parlemen pada Senin mendatang dalam sebuah pertemuan luar biasa. Dan negara akan berkabung 3 hari untuk para korban serangan sadis ini. (Rmn/Mvi)