Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) masih menghadiri KTT G20 di Turki. Dalam working session I KTT G20, Presiden Joko Widodo menegaskan sudah waktunya harus merombak total arsitektur keuangan global. Jokowi menyampaikan hal itu dalam KTT G20 di Turki.
Jokowi menyampaikan hal itu mengingat masalah utama yang dihadapi perekonomian dunia saat ini adalah menciutnya likuiditas dolar Amerika Serikat (AS) di hampir semua negara berkembang atau emerging market dunia. Selain itu, sejak diciptakannya mata uang Euro pada 1999, tidak ada mata uang dunia atau global reserve currency yang baru.
"Ketergantungan yang tinggi terhadap dolar AS telah menyebabkan distorsi-distorsi global yang kini mengancam kemajuan ekonomi global," kata Jokowi dalam keterangannya, Senin (16/11/2015).
Jokowi menyampaikan, negara-negara berkembang harus segera mengimplementasikan reformasi-reformasi ekonomi yang fundamental. Pada kenyataannya, reformasi perekonomian yang nyata sangat diperlukan untuk membangun kembali kredibilitas pasar serta merebut kembali kepercayaan investor dan pelaku ekonomi.
Reformasi ekonomi yang fundamental ini, menurut Jokowi, perlu diikuti likuiditas finansial yang kuat agar tidak mengalami gejolak karena terjadinya gangguan pada likuiditas.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, reformasi struktural yang tengah dilakukan Indonesia, Jokowi mencontohkan dengan menata ulang strategi investasi di bidang industri. Ini harus jelas supaya Indonesia tidak memiliki ketergantungan kepada ekspor bahan mentah. Ekspor komoditas harus mulai diubah menjadi investasi di sektor produksi.
"Di mana barang yang diekspor, minimal setengah jadi, syukur kalau barang jadi," kata Jokowi.
Oleh karena itu, Jokowi menekankan arah dari strategi pembangunan negara harus jelas, termasuk strategi investasi, strategi tenaga kerja. "Semuanya harus dirancang dengan baik,"ujar Jokowi.
Secara lebih konkret, Jokowi mencontohkan strategi investasi harus jelas apa yang harus dikejar. Tentunya yang utama adalah investasi di bidang infrastruktur. Kemudian, investasi padat karya karena 60 persen dari pengangguran yang berjumlah 7,5 juta orang itu adalah lulusan SD, SMP dan SMK.
"Karena itu, masuknya harus ke investasi padat karya. Meskipun yang berkaitan dengan hi-tech juga dikerjakan dengan baik," kata Jokowi.
Investasi di bidang infrastruktur sangat penting karena memberikan banyak dampak, baik untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Jangka pendek misalnya, akan membuka lapangan pekerjaan pada saat pembangunan infratruktur. Jangka menengah menyebabkan mobilitas jasa, barang, dan orang menjadi lebih cepat.
"Jangka panjang transportasi akan murah, distribusi logistik lebih murah. Akhirnya harga barang itu lebih murah,” kata Jokowi. (Yas/Ahm)**